Abstrak
Ibn Sina atau yang di kenal dengan Avicenna di dunia barat
adalah seorang filosof muslim yang memberikan banyak pengaruh keilmuan dalam
peradaban dunia, terutama ilmu kedokterannya yang banyak di pelajari oleh
ilmuan barat dan Islam, yang sampai saat ini torehan penemuannya yang
monumental dan di abadikan dalam tinta emas dunia islam, dimulai dari ilmu
kedokteran, filsafat, Hukum, Matematika, fisika dan masih banyak lagi di siplin
keilmuan yang di kuasai oleh Avicenna (Ibn Sina. hal ini akan kami jelaskan
mengenai corak pemikiran filsafat Ibnu Sina, yaitu siapakah Ibn Sina itu?,
keilmuan apa saja yang di temukan oleh ibn sina? Untuk Pembahasan lebih
lengkapnya akan di jelaskan di dalam makalah ini.
Keyword: falsafat jiwa, falsafat wahyu & nabi, dan falsafat
wujud.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekilas Biografi Ibnu Sina
Abu Ali Husein Ibnu Abdillah Ibnu Sina lahir di Afsyana,
suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara di tahun 980 M. orang tuanya
berkedudukan sebagai pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Samani. Menurut
catatn sejarah hidup Ibn Sina yang disusun oleh muridnya, Jurjani, dari
semenjak kecil Ibn Sina telah banyak mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang ada
di zamannya, seperti Fisika, Matematika, Kedokteran, hukum dan lain-lain. Di
masa beliau berumur 17 tahun ia dikenal sebagai Dokter dan atas panggilan
istana, ibn sina pernah mengobati Pangeran Nuh Ibnu Mansur sehingga pulih
kembali kesehatannya. Setelah orang tuanya meninggal, ia pindah ke Juzjan,
suatu kota di dekat laut Kaspia, dan di sanalah ia menulis ensiklopedianya
tentang ilmu Kedokteran yang kemudian terkenal denga nama Al-Qanun Fi
Al-Tibb, (The Canon). Kemudian ia pindah ke ray, suatu kota di sebelah
selatan Teheran dan bekerja untuk Ratu Sayyidah dan anaknya Majd Al-Dawlah.
Kemudian sultan syams al-dawlah yang berkuasa di Hamdan di bagian barat Iran,
mengangkat Ibnu Sina menjadi menterinya, kemudian sekali ia pindah ke Isfahan
dan meninggal di tahun 1037 M.
B. Pembatasan
Rumusan Masalah
Kami di makalah ini akan lebih mengarah pada pembahasan filsafat
ibn sina dalam cakupan pemikiran mengenai filsafat wahyu dan nabi, falsafat
jiwa dan falsafat wujud. Beserta karya-karyanya.
C. Tujuan
Penulisan
Memahami pemikiran filosof Ibn Sina yang sangat mempengaruhi
perkembangan keilmuan di dunia. Tujuan tersebut yaitu adalah: untuk menemukan
fakta baru dan menguji fakta lama tentang pemikiran filsafat Ibn Sina dan
menggali potensi keilmuan yang di perankan oleh Ibn Sina dalam keilmuanya serta
memberikan dampak yang sangat positif bagi kemajuan ilmu Kedokteran dan ilmu
jiwa di masyarakat.
D. Manfaat
Penulisan
Dari penulisan makalah ini, menjadi inspirasi bagi
masyarakat Indonesia tentang pemikiran filsafat ibn sina, yang sangan
monumental, seperti ilmu kedokteran yang sampai saat ini sangat memberikan
banyak corak kemajuan Ilmu Kedokteran hingga masa kini. Tidak hanya kedokteran,
ibn Sina juga menguasai dalam ilmu filsafat jiwa, filsafat wujud dan filsafat
wahyu & Nabi.
E. Metodologi
Penulisan
pemikiran
filosof ibn Sina meliputi: pertama mengenai falsafat jiwa, falsafat wahyu dan
kenabian dan falsafat wujud, yang kesemua itu merupakan buah pemikiran ibn Sina
yang perkembangan keilmuannya banyak di pelajari oleh ilmuan Barat dan Islam
F. Sistematika
Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai
pendahuluan yang mengandung pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas
di makalah ini, sebagaimana yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan tentang pemikiran filsafat ibnu Sina
yang mencakup filsafat kejiwaan, falsafah wahyu dan Nabi, dan falsafah wujud.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini
sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pemikiran-pemikiran
Filsafat Ibnu sina
a.
Filsafat Jiwa
Pemikiran
terpenting yang dihasilkan ibnu sina ialah falsafatnya tentang jiwa.
Sebagaimana al-farabi. Ia juga menganut paham pancaran. Dari tuhan memancar akal
pertama, dan dari akal pertaama memancar akal kedua dan langit pertama;
demikian seterusnya sehingga tercepai akal kesepuluh dan di bumi. Dari akal
kesepuluh memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada di bawah bulan.
Akal pertama adalah malaikat tertinggi dan akal kesepuluh adalah jibril.
Berlainan
dengan al-Farabi, ibnu sina berpendapat bahwa akal pertama mempunyai dua sifat:
1.
Sifat wajib
wujudnya, sebagai pancaran dari Allah (
neccesarry by virtue of the Necesarry Being)
2.
dan sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari
hakikat dirinya (possible in essence,)
dengan demikian
ia mempunya tiga objek pemikiran: Tuhan, dirinya sebagai wajib wujudnya dan
dirinya sebaagai mungkin wujudnya.dari pemikiran tentang tuhan timbul
bakal-akal, dari pemikiran tentang dirinya sebagai wujudnya timbul
langit-langit.
Jika manusia, sebagaimana jiwa-jiwa
lain dan segala apa yang terdapat di bawah bulan, memancar dari akar kesepuluh.
Sebagaimana Aristoteles; ibnu sina membagi jiwa dalam tiga bagian:
1.
jiwa
tumbuh-tumbuhan dengan daya-daya:
1.
makan (nutrition)
2.
tumbuh (growth)
3.
berkembang biak
(reroduction)
1.
jiwa binatang
dengan daya-daya:
1.
gerak (locomotion)
2.
menangkap (perception),
dengan dua bagian;
a.
menagkap dari
luar dengan panca indera
b.
menangkap dari
dalam dengan indera dalam:
i.
indera bersama (common
sense) yang menerima segala apa yang ditangkap oleh panca indera.
ii.
Representasi (representation)
yang menyimpan segala apa yang diterima oleh indera bersama
iii.
Imajinasi (imagianation)
yang menysun apa yang disimpan dalam representasi.
iv.
Estimasi (estimation)
yang dapat menagkap hal-hal abstrak yang terlepas dari materinya umpanya;
keharusan lari bagi kambing dari serigala.
v.
Rekoleksi (
recollection) yang menyimpan hal-hal abstrak yang diterima oleh estimasi.
II. Jiwa manusia dengan dua daya:
i.
Akal materiil (
material intellect) yang semata-mata mempunyai potensi untuk berpikir dan
belum dilatih walaupun sedikit.
ii.
Intellectus in
habitu yang telah mulai dilatih untuk berpikir tentang hal-hal abstrak.
iii.
Akal aktual
yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak.
iv.
Akal Mustafad (
acquired intellect) yaitu akal yang telah sanggup berpikir tentang hal-hal
abstarak dengan tak perlu pada daya upaya: akal yang telah terlatih begitu
rupa, sehinggga hal-hal yang abstrak selamanya terdapat dalam akal yang seperti
ini; akal seperti inilah yang sanggup menerima limpahan ilmu pegetahuan dari
Akal Aktif.[1]
Sifat seseorang
bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan
manusia yang berpengaruh pada dirinya. Jika jiwa-jiwa tumbuh dan bunatang yang
berkuasa pada dirinya, maka orang itu dapat menyerupai binatang. Tetapi jika
jiwa manusia ( rational soul) yang mempunyai malaikat dan dekat pada
kesempurnan.
Dalam hal ini praktis mempunyai
kedudukan penting. Daya inilah yang berusaha mengontrol badan manusia, sehingga
hawa nafsu yang terdapat dalam badan tidak menjadi halangan bagi baya teoritis
untuk membawa manusia merupakan suatu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud
terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada dua
badan,yang sesuai dapa menerima jiwa, lahir di dunia ini. Sesungguhpun jiwa manusia tak mempunyai fungsi-fungsi
fisik, dan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai
daya yang berpikir, jiwa masih berhajat pada badan. Karena pada permulaan
wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia unttuk dapat berpikir. Pancaindera
yang lima dan daya-daya batin dari jiwa binatanglah seperti indera bersama.
estimasi dan rekoleksi yang menolong jiwa manusia ini telah mencapai kesempurnaannya
dengan memperoleh konsep-konsep dasar yang perlu baginya, ia tak berhajat lagi
pada pertolongan badan, malahan dengan daya-daya jiwa manusia untuk mencapai
kesempurnaan. Karena jiwa manusia merupakan satu unit tersendiri dan mempunyai wujud bterlepas dari badan. Tetapi
kedua jiwa lainnya, jiwa-jiwa tumbuh-tumbuhan dan jiwaa binatang yang ada dalam
diri manusia, karena hanya mempunyai fungsi-fungsi yang bersifat fisik dan
jasmaani akan mati dengan matinya badan dan tidak akan di hidupkan kembali di
hari kiamat. Balasan-balasan yang ditentukan bagi kedua jiwa ini diwujudkan
diduniaa ini juga. Jiwa manusia manusia sebaliknya, karena bertujuan pada
hal-hal yang abstracy, tidak akan memeperoleh balsan yang harus diterimnaya di
dunia, tetapi kelak di hidup kedua di akhirat. Jiwa manusia, berlainan dengan
jiwa binatang daan tumbuh-tumbuhan, adalah kekal. Jika jiwa manusia telah
mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan
beada dalam kesenangan, dan jika ia berpisah dengan badan, dalam keadaan tidak
senpurna, karena semasa bersatu dengan badan ia selalu dipengaruhi oleh hawa
nafsu badan, maka ia akan hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk
selama-lamanya di akhirat..
b.
Filsafat wahyu
dan Nabi
Sebagaimana
dilihat diatas, akal mempunyai empat tingkat yang terendah diantaranya ialah (
akal materiil), adakalnya tuhan menanugerahkan kepada manusia akal materiil
yang besar lagi kuat, yang oleh ibnu sina diberi nama al-hads yaitu instuisi.
Daya yang ada pada akal maateriil seperti ini begitu juga besarnya, sehinggga
tanpa melalui latihan dengan mudah dengan berhubungan dengan akal aktif dan
dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat
menerima cahaya atau wahyu dari tuhan. Akal yang seperti mepunyai daya suci.
Inilah bentuk akal tertingggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat hanyaa
paada nabi-nabi.[2]
c.
Filsafat wujud
Bagi ibnu sina
sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai kedudukan diatas segala sifat
lain, walaupiun esensi (quiddity) sendiri, Esensi, dalam paham ibnu sina,
terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat di luar akal. Wujudlah yang membuat
tiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal. Tanpa wujud,
esensi tidak besar artinya. Oleh sebab itu wujud lebih penting dari esensi.
Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa ibnu sina telah terlebih dahulu menimbulkan filsafat
bwujudiyah ataau eksistensialisme dan filosof-filosof lain.
Kalau
kombinasikan, essnsi dan wujud dapat mempunyai kombinasi berikut:
1.
Esensi yang tak
dapaat mempunyai wujud, daan hal yang serupa ini disebut oleh ibnu sina,
mmtani’ yaitu sesuatu yang mustahil berwwujud (impossible being). Sebagai
umpaama, adanya sekarng ini, juga kosmos lain di samping kosmos yang ada
2.
Esensi yang
boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud. yang serupa disebut
mumkin yaitu sesuatu yang mungkin trewujud tetapi mungkin pula tidak berwujud (contingen
beings). Contohnya ialah alam ini yang pada mulanya tidak ada, kemudian ada
dan akhirnya akan hancur menjaadi tidak ada.
3.
Esensi yang
tidak boleh tidak mesti mempunyai wujud. Disini esensi tidak bisa dipisahkan
dari wujud; esensi dan wujud adalah sama dan satu.disini esensi dalam katagori
kedua, tetapi esensi mesti daan wajib mempunyai wujud selama-lamanya. Yang serupa
ini disebut mesti berwujud (Necessary Being) yaitu tuhan. Wajibul al-wujud
inilah yang mewujudkan mumkin al-wujud. dengan argumen ini ibnu sinaa ingin
membuktikan adanya menurut logika[3]
2. Karya-karya
ibnu sina
Ibnu sina tidak pernaah mengalami ketenangan dala
hidupnya, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan dalam urusan
politik, ia berhasil pula mengarang beberapa buku. Kesuburan hasil karya ini
disebabkan karena:
- Ia pandai mengatur waktu. Waktu siang dipergunakan untuk pekerjaan pemerintahan, sedangkan malamnya untuk mengajar dan mengarang.
- Kecerdasan dan kekuatan ingatan. Sering-sering ia menulis tanpa memerlukan buku-buku referensi. Pada saat-saat kegiatnnnya tidak kurang dari 50 lembar yang ditulisnya setiap hari.
Karangan-karangan ibnu sina yang terkenal ialah:
- Asy-Syifa, buku filsafat yang terpenting dan terbesar. Buku ini terdiri atas empat bagian. Yaitu logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan).
- An-Najat yang merupakan ringkasan buku As-Syifa. Buku ini pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun, mengenai ilmu kedokteran, pada tahun 1593 M di Roma dan pada taahun 1331 di Mesir.
- Al-Isyarat wat Tanbikat, buku terakhir dan yang paling baik. Pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892, dan sebagian diterjemahkan ke dalam bahasa prancis. Kemudian diterbitkan lagi di Kairo pada tahun1947 di bawaah pengawasan Dr. Sulaiman Dunia.
d.
Al-Qanun (
Canon of Medicine) yang pernah diterjemahkan ke dalam baahsaa Latin dan pernah
menjadi buku standar-standar untuk universitas-universitas di Eropa sampai
akhir abad ke-17 M. Buku ini pernah diterbitkan di Roma pada tahun 1593 M dan
di India pada tahun 1323 H. Risalah-risalah lainnya kebanyakan dalam lapangan
filsafat, etika, logika, dan psikologi.
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam
jiwa yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya.
Jika jiwa tumbuhan atau hewan mempengaruhi seseorang maka orang itu dapat
menyerupai binatang, tetapi jika jiwa manuisa yang mempunyai pengaruh atas
dirinya, maka orang itu dekat menyerupai malaekat dan dekat dengan
kesempurnaan.
-
Menurut Ibnu Sina bahwa alam ini diciptakan dengan jalan emanasi (memancar dari
Tuhan). Tuhan adalah wujud pertama yang immateri dan proses emanasi tersebut
memancar segala yang ada.
-
Tuhan adalah wajibul wujud (jika tidak ada menimbulkan mustahil), beda
dengan mumkinul wujud (jika tidak ada atau ada menimbulkan tidak
mujstahil).
-
Pemikiran tentang kenabian menjelaskan bahwa nabi merupakan manusia yang paling
unggul dari filosof karena nabi memiliki akal aktual yang sempurna tanpa
latihan, sedangkan filosof mendapatkannya dengan usaha yang keras.
DAFTAR
PUSTAKA
Dasoeki, Thahawil,
Akhyar.’’ Sebuah Kompilasi Filsafat Islam. ‘’Semarang: Dina Utama
Djiwapradja, Dodong,
1984.’’ Islam Filsafat dan Ilmu.’’Bandung: Dunia Pustaka Jaya.
Nasution, Harun,
1978.’’ Filsafat dan Mistisme Dalam Islam. ‘’Ciputat: Bulan Bintang.
Poerwanata,
dkk, 1998.’’. Seluk Beluk Filsafat Islam.’’Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Semarang.
Suriasumantri,
jujun, 2007. “ Filsafat Ilmu.” Jakarta: Penebar Swadaya”
[1] Harun Nasution, Fisafat
dan Mistisme dalam islam. Ciputat: Bulan Bintang 1978. Cet. 12 Halm.24-24
[2]Thawil Akhyar Dasoeki. Sebuah Kompilasi
Filsafat islam. Temanggung: Dina utama semarang. 1993 Halm.34-35
[3] Dodong,
Djiwapradja, 1984.’’ Islam Filsafat
dan Ilmu.’’Bandung: Dunia Pustaka Jaya. Cet. 1 halm.58-59
0 komentar:
Posting Komentar