Kamis, 05 Juni 2014

ABU ALI HUSEIN IBNU ABDILLAH IBNU SINA

Abstrak
Ibn Sina atau yang di kenal dengan Avicenna di dunia barat adalah seorang filosof muslim yang memberikan banyak pengaruh keilmuan dalam peradaban dunia, terutama ilmu kedokterannya yang banyak di pelajari oleh ilmuan barat dan Islam, yang sampai saat ini torehan penemuannya yang monumental dan di abadikan dalam tinta emas dunia islam, dimulai dari ilmu kedokteran, filsafat, Hukum, Matematika, fisika dan masih banyak lagi di siplin keilmuan yang di kuasai oleh Avicenna (Ibn Sina. hal ini akan kami jelaskan mengenai corak pemikiran filsafat Ibnu Sina, yaitu siapakah Ibn Sina itu?, keilmuan apa saja yang di temukan oleh ibn sina? Untuk Pembahasan lebih lengkapnya akan di jelaskan di dalam makalah ini.
Keyword: falsafat jiwa, falsafat wahyu & nabi, dan falsafat wujud.



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekilas Biografi Ibnu Sina
Abu Ali Husein Ibnu Abdillah Ibnu Sina lahir di Afsyana, suatu tempat yang terletak di dekat Bukhara di tahun 980 M. orang tuanya berkedudukan sebagai pegawai tinggi pada pemerintahan Dinasti Samani. Menurut catatn sejarah hidup Ibn Sina yang disusun oleh muridnya, Jurjani, dari semenjak kecil Ibn Sina telah banyak mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan yang ada di zamannya, seperti Fisika, Matematika, Kedokteran, hukum dan lain-lain. Di masa beliau berumur 17 tahun ia dikenal sebagai Dokter dan atas panggilan istana, ibn sina pernah mengobati Pangeran Nuh Ibnu Mansur sehingga pulih kembali kesehatannya. Setelah orang tuanya meninggal, ia pindah ke Juzjan, suatu kota di dekat laut Kaspia, dan di sanalah ia menulis ensiklopedianya tentang ilmu Kedokteran yang kemudian terkenal denga nama Al-Qanun Fi Al-Tibb, (The Canon). Kemudian ia pindah ke ray, suatu kota di sebelah selatan Teheran dan bekerja untuk Ratu Sayyidah dan anaknya Majd Al-Dawlah. Kemudian sultan syams al-dawlah yang berkuasa di Hamdan di bagian barat Iran, mengangkat Ibnu Sina menjadi menterinya, kemudian sekali ia pindah ke Isfahan dan meninggal di tahun 1037 M.

B.     Pembatasan Rumusan Masalah
Kami di makalah ini akan lebih mengarah pada pembahasan filsafat ibn sina dalam cakupan pemikiran mengenai filsafat wahyu dan nabi, falsafat jiwa dan falsafat wujud. Beserta karya-karyanya.
C.    Tujuan Penulisan
Memahami pemikiran filosof Ibn Sina yang sangat mempengaruhi perkembangan keilmuan di dunia. Tujuan tersebut yaitu adalah: untuk menemukan fakta baru dan menguji fakta lama tentang pemikiran filsafat Ibn Sina dan menggali potensi keilmuan yang di perankan oleh Ibn Sina dalam keilmuanya serta memberikan dampak yang sangat positif bagi kemajuan ilmu Kedokteran dan ilmu jiwa di masyarakat.
D.    Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini, menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia tentang pemikiran filsafat ibn sina, yang sangan monumental, seperti ilmu kedokteran yang sampai saat ini sangat memberikan banyak corak kemajuan Ilmu Kedokteran hingga masa kini. Tidak hanya kedokteran, ibn Sina juga menguasai dalam ilmu filsafat jiwa, filsafat wujud dan filsafat wahyu & Nabi.

E.     Metodologi Penulisan
pemikiran filosof ibn Sina meliputi: pertama mengenai falsafat jiwa, falsafat wahyu dan kenabian dan falsafat wujud, yang kesemua itu merupakan buah pemikiran ibn Sina yang perkembangan keilmuannya banyak di pelajari oleh ilmuan Barat dan Islam
F.     Sistematika Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan tentang pemikiran filsafat ibnu Sina yang mencakup filsafat kejiwaan, falsafah wahyu dan Nabi, dan falsafah wujud.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.





BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pemikiran-pemikiran Filsafat Ibnu sina
a.      Filsafat Jiwa
Pemikiran terpenting yang dihasilkan ibnu sina ialah falsafatnya tentang jiwa. Sebagaimana al-farabi. Ia juga menganut paham pancaran. Dari tuhan memancar akal pertama, dan dari akal pertaama memancar akal kedua dan langit pertama; demikian seterusnya sehingga tercepai akal kesepuluh dan di bumi. Dari akal kesepuluh memancar segala apa yang terdapat di bumi yang berada di bawah bulan. Akal pertama adalah malaikat tertinggi dan akal kesepuluh adalah jibril.
Berlainan dengan al-Farabi, ibnu sina berpendapat bahwa akal pertama mempunyai dua sifat:
1.      Sifat wajib wujudnya, sebagai pancaran dari Allah  ( neccesarry by virtue of the Necesarry Being)
2.      dan  sifat mungkin wujudnya jika ditinjau dari hakikat dirinya (possible in essence,)
dengan demikian ia mempunya tiga objek pemikiran: Tuhan, dirinya sebagai wajib wujudnya dan dirinya sebaagai mungkin wujudnya.dari pemikiran tentang tuhan timbul bakal-akal, dari pemikiran tentang dirinya sebagai wujudnya timbul langit-langit.
            Jika manusia, sebagaimana jiwa-jiwa lain dan segala apa yang terdapat di bawah bulan, memancar dari akar kesepuluh. Sebagaimana Aristoteles; ibnu sina membagi jiwa dalam tiga bagian:
1.      jiwa tumbuh-tumbuhan dengan daya-daya:
1.      makan (nutrition)
2.      tumbuh (growth)
3.      berkembang biak (reroduction)
1.      jiwa binatang dengan daya-daya:
1.      gerak (locomotion)
2.      menangkap (perception), dengan dua bagian;
a.       menagkap dari luar  dengan panca indera
b.      menangkap dari dalam dengan indera dalam:
i.                    indera bersama (common sense) yang menerima segala apa yang ditangkap oleh panca indera.
ii.                  Representasi (representation) yang menyimpan segala apa yang diterima oleh indera bersama
iii.                Imajinasi (imagianation) yang menysun apa yang disimpan dalam representasi.
iv.                Estimasi (estimation) yang dapat menagkap hal-hal abstrak yang terlepas dari materinya umpanya; keharusan lari bagi kambing dari serigala.
v.                  Rekoleksi ( recollection) yang menyimpan hal-hal abstrak yang diterima oleh estimasi.
II.  Jiwa manusia dengan dua daya:
i.                    Akal materiil ( material intellect) yang semata-mata mempunyai potensi untuk berpikir dan belum dilatih walaupun sedikit.
ii.                  Intellectus in habitu yang telah mulai dilatih untuk berpikir tentang hal-hal abstrak.
iii.                Akal aktual yang telah dapat berpikir tentang hal-hal abstrak.
iv.                Akal Mustafad ( acquired intellect) yaitu akal yang telah sanggup berpikir tentang hal-hal abstarak dengan tak perlu pada daya upaya: akal yang telah terlatih begitu rupa, sehinggga hal-hal yang abstrak selamanya terdapat dalam akal yang seperti ini; akal seperti inilah yang sanggup menerima limpahan ilmu pegetahuan dari Akal  Aktif.[1]

Sifat  seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya. Jika jiwa-jiwa tumbuh dan bunatang yang berkuasa pada dirinya, maka orang itu dapat menyerupai binatang. Tetapi jika jiwa manusia ( rational soul) yang mempunyai malaikat dan dekat pada kesempurnan.
            Dalam hal ini praktis mempunyai kedudukan penting. Daya inilah yang berusaha mengontrol badan manusia, sehingga hawa nafsu yang terdapat dalam badan tidak menjadi halangan bagi baya teoritis untuk membawa manusia merupakan suatu unit yang tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta tiap kali ada dua badan,yang sesuai dapa menerima jiwa, lahir di dunia ini. Sesungguhpun  jiwa manusia tak mempunyai fungsi-fungsi fisik, dan demikian tak berhajat pada badan untuk menjalankan tugasnya sebagai daya yang berpikir, jiwa masih berhajat pada badan. Karena pada permulaan wujudnya badanlah yang menolong jiwa manusia unttuk dapat berpikir. Pancaindera yang lima dan daya-daya batin dari jiwa binatanglah seperti indera bersama. estimasi dan rekoleksi yang menolong jiwa manusia ini telah mencapai kesempurnaannya dengan memperoleh konsep-konsep dasar yang perlu baginya, ia tak berhajat lagi pada pertolongan badan, malahan dengan daya-daya jiwa manusia untuk mencapai kesempurnaan. Karena jiwa manusia merupakan satu unit tersendiri dan  mempunyai wujud bterlepas dari badan. Tetapi kedua jiwa lainnya, jiwa-jiwa tumbuh-tumbuhan dan jiwaa binatang yang ada dalam diri manusia, karena hanya mempunyai fungsi-fungsi yang bersifat fisik dan jasmaani akan mati dengan matinya badan dan tidak akan di hidupkan kembali di hari kiamat. Balasan-balasan yang ditentukan bagi kedua jiwa ini diwujudkan diduniaa ini juga. Jiwa manusia manusia sebaliknya, karena bertujuan pada hal-hal yang abstracy, tidak akan memeperoleh balsan yang harus diterimnaya di dunia, tetapi kelak di hidup kedua di akhirat. Jiwa manusia, berlainan dengan jiwa binatang daan tumbuh-tumbuhan, adalah kekal. Jika jiwa manusia telah mencapai kesempurnaan sebelum ia berpisah dengan badan, maka ia selamanya akan beada dalam kesenangan, dan jika ia berpisah dengan badan, dalam keadaan tidak senpurna, karena semasa bersatu dengan badan ia selalu dipengaruhi oleh hawa nafsu badan, maka ia akan hidup dalam keadaan menyesal dan terkutuk untuk selama-lamanya di akhirat..
           
b.      Filsafat wahyu dan Nabi
Sebagaimana dilihat diatas, akal mempunyai empat tingkat yang terendah diantaranya ialah ( akal materiil), adakalnya tuhan menanugerahkan kepada manusia akal materiil yang besar lagi kuat, yang oleh ibnu sina diberi nama al-hads yaitu instuisi. Daya yang ada pada akal maateriil seperti ini begitu juga besarnya, sehinggga tanpa melalui latihan dengan mudah dengan berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat berhubungan dengan akal aktif dan dengan mudah dapat menerima cahaya atau wahyu dari tuhan. Akal yang seperti mepunyai daya suci. Inilah bentuk akal tertingggi yang dapat diperoleh manusia, dan terdapat hanyaa paada nabi-nabi.[2]
c.       Filsafat wujud
Bagi ibnu sina sifat wujudlah yang terpenting dan yang mempunyai kedudukan diatas segala sifat lain, walaupiun esensi (quiddity) sendiri, Esensi, dalam paham ibnu sina, terdapat dalam akal, sedang wujud terdapat di luar akal. Wujudlah yang membuat tiap esensi yang dalam akal mempunyai kenyataan di luar akal. Tanpa wujud, esensi tidak besar artinya. Oleh sebab itu wujud lebih penting dari esensi. Tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa ibnu sina  telah terlebih dahulu menimbulkan filsafat bwujudiyah ataau eksistensialisme dan filosof-filosof lain.
Kalau kombinasikan, essnsi dan wujud dapat mempunyai kombinasi berikut:
1.      Esensi yang tak dapaat mempunyai wujud, daan hal yang serupa ini disebut oleh ibnu sina, mmtani’ yaitu sesuatu yang mustahil berwwujud (impossible being). Sebagai umpaama, adanya sekarng ini, juga kosmos lain di samping kosmos yang ada
2.      Esensi yang boleh mempunyai wujud dan boleh pula tidak mempunyai wujud. yang serupa disebut mumkin yaitu sesuatu yang mungkin trewujud tetapi mungkin pula tidak berwujud (contingen beings). Contohnya ialah alam ini yang pada mulanya tidak ada, kemudian ada dan akhirnya akan hancur menjaadi tidak ada.
3.      Esensi yang tidak boleh tidak mesti mempunyai wujud. Disini esensi tidak bisa dipisahkan dari wujud; esensi dan wujud adalah sama dan satu.disini esensi dalam katagori kedua, tetapi esensi mesti daan wajib mempunyai wujud selama-lamanya. Yang serupa ini disebut mesti berwujud (Necessary Being) yaitu tuhan. Wajibul al-wujud inilah yang mewujudkan mumkin al-wujud. dengan argumen ini ibnu sinaa ingin membuktikan adanya menurut logika[3]




2. Karya-karya ibnu sina
            Ibnu sina tidak pernaah mengalami ketenangan dala hidupnya, dan usianya pun tidak panjang. Meskipun banyak kesibukan dalam urusan politik, ia berhasil pula mengarang beberapa buku. Kesuburan hasil karya ini disebabkan karena:
  1. Ia pandai mengatur waktu. Waktu siang dipergunakan untuk pekerjaan pemerintahan, sedangkan malamnya untuk mengajar dan mengarang.
  2. Kecerdasan dan kekuatan ingatan. Sering-sering ia menulis tanpa memerlukan buku-buku referensi. Pada saat-saat kegiatnnnya tidak kurang dari 50 lembar yang ditulisnya setiap hari.
Karangan-karangan ibnu sina yang terkenal ialah:
  1. Asy-Syifa, buku filsafat yang terpenting dan terbesar. Buku ini terdiri atas empat bagian. Yaitu logika, fisika, matematika, dan metafisika (ketuhanan).
  2. An-Najat yang merupakan ringkasan buku As-Syifa. Buku ini pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun, mengenai ilmu kedokteran, pada tahun 1593 M di Roma dan pada taahun 1331 di Mesir.
  3. Al-Isyarat wat Tanbikat, buku terakhir dan yang paling baik. Pernah diterbitkan di Leiden pada tahun 1892, dan sebagian diterjemahkan ke dalam bahasa prancis. Kemudian diterbitkan lagi di Kairo pada tahun1947 di bawaah pengawasan Dr. Sulaiman Dunia.
d.      Al-Qanun ( Canon of Medicine) yang pernah diterjemahkan ke dalam baahsaa Latin dan pernah menjadi buku standar-standar untuk universitas-universitas di Eropa sampai akhir abad ke-17 M. Buku ini pernah diterbitkan di Roma pada tahun 1593 M dan di India pada tahun 1323 H. Risalah-risalah lainnya kebanyakan dalam lapangan filsafat, etika, logika, dan psikologi.





PENUTUP
1.      Kesimpulan
Sifat seseorang bergantung pada jiwa mana dari ketiga macam jiwa yaitu tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia yang berpengaruh pada dirinya. Jika jiwa tumbuhan atau hewan mempengaruhi seseorang maka orang itu dapat menyerupai binatang, tetapi jika jiwa manuisa yang mempunyai pengaruh atas dirinya, maka orang itu dekat menyerupai malaekat dan dekat dengan kesempurnaan.
-          Menurut Ibnu Sina bahwa alam ini diciptakan dengan jalan emanasi (memancar dari Tuhan). Tuhan adalah wujud pertama yang immateri dan proses emanasi tersebut memancar segala yang ada.
-          Tuhan adalah wajibul wujud (jika tidak ada menimbulkan mustahil), beda dengan mumkinul wujud (jika tidak ada atau ada menimbulkan tidak mujstahil).
-          Pemikiran tentang kenabian menjelaskan bahwa nabi merupakan manusia yang paling unggul dari filosof karena nabi memiliki akal aktual yang sempurna tanpa latihan, sedangkan filosof mendapatkannya dengan usaha yang keras.






      



DAFTAR PUSTAKA
Dasoeki, Thahawil, Akhyar.’’ Sebuah Kompilasi Filsafat Islam. ‘’Semarang: Dina Utama

Djiwapradja, Dodong, 1984.’’ Islam Filsafat dan Ilmu.’’Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Nasution, Harun, 1978.’’ Filsafat dan Mistisme Dalam Islam. ‘’Ciputat: Bulan Bintang.

Poerwanata, dkk, 1998.’’. Seluk Beluk Filsafat Islam.’’Bandung: Remaja Rosda Karya.
Semarang.

Suriasumantri, jujun, 2007. “ Filsafat Ilmu.” Jakarta: Penebar Swadaya”








[1] Harun Nasution, Fisafat dan Mistisme dalam islam. Ciputat: Bulan Bintang 1978. Cet. 12 Halm.24-24
[2]Thawil Akhyar Dasoeki. Sebuah Kompilasi Filsafat islam. Temanggung: Dina utama semarang. 1993 Halm.34-35
[3] Dodong, Djiwapradja,  1984.’’ Islam Filsafat dan Ilmu.’’Bandung: Dunia Pustaka Jaya. Cet. 1 halm.58-59

0 komentar:

Posting Komentar