Senin, 06 Oktober 2014

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (RAGAM KERAJINAN BATIK DAN POTENSI DAERAH)



Abstrak
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta dan (Negara) Kadipaten Paku Alaman. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 5 Kabupaten, 78 kecamatan, 169 kota, 264 desa dan 4.508 dukuh.[1] Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kekayaan nilai budaya yang di tuangkan pada kerajinan membatik, makalah ini akan membahas mengenai sejarah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kota dan kabupaten apa saja yg masuk di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, suku apa saja yang mendiami provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta potensi kerajinan daerah seperti membatik.
Keyword: sejarah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kerajinan Batik, info Kota-Kabupaten DIY , Informasi Umum Daerah Istimewa Yogyakarta .
BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sejarah Singkat Daerah Istimewa Yogyakarta
Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai
pemerintahan sendiri atau disebut Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta  Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755, sedangkan Kadipaten Pakualaman didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813. Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan dan Pakualaman sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangganya sendiri yang dinyatakan dalam kontrak politik. Kontrak politik yang terakhir Kasultanan tercantum dalam Staatsblaad 1941 Nomor 47, sedangkan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi wilaya Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
1.      Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan sri paku alam VII tertanggal 19 Agustus 1945 dan Presiden RI.
2.      Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku alam VIII tertanggal 5 september 1945 (dibuat secara terpisah).
3.      Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan sri paku alam VIII tertanggal 30 oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan DIY meliputi bekas Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.[2]
Letak Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7°.33´ - 8°.12´ Lintang Selatan dan 110°.00´ - 110°.50´ Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.75 km²), merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.[3]
Sekilas Sejarah Batik
Kurang lebih  dari 2.000 sebelum masehi, ragam hias telah tumbuh di Indonesia yang dipengaruhi oleh unsur-unsur yang sudah ada pada saat itu, ragam hias saat itu berupa lambang-lambang atau dari symbol dari benda-benda kramat. Pada abad ke 15 seni batik telah maju dan berkembang, ketika itu seni batik mendapat pengaruh dari agama Budha dan Islam terhadap corak Batik yang ada. Gp rouffaer dalam bukunya ‘’de Batik-Kust’’ menyebutkan bahwa asal mulanya batik di Jawa adalah dari luar, di bawa pertama oleh orang Kalingga Koromandel yang mula-mula sebagai pedagang, kemudian sebagai imigran kolonisator sejak kurang lebih 400 AD dan perpengaruh di pulau jawa. Setelah ada perkembangan lebih lanjut, maka seni batik mulai menekuni teknik pembuatan batik di pulau Jawa semakin berkembang dan pada abad ke-19 masyarakat terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta mulai menekuni teknik pembuatan batik yang mengalami perkembangan pesat dewasa ini, selama pemerintahan para Sultan di Jawa, yang didirikan kira-kira pada permulaan abad ke 13, seni batik hanya dibuat dalam lingkungan keraton dan digemari oleh para puteri keraton hingga sekarang. Di Yogyakarta saat ini tidak kurang ada sekitar 400 motif batik khas Yogyakarta yang terdiri dari motif batik klasik maupun motif batik modern, sehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota batik, beberapa contoh motif batik klasik Yogyakarta antara lain:
1.      Motif Parang
2.      Motif Geometri
3.      Motif Banji
4.      Motif Tumbuh-Tumbuhan Menjalar
5.      Motif Bunga
6.      Motif Satwa Dalam Alam Kehidupan
Provinsi DIY yang terdiri dari 1 kotamadya dan empat kabupaten memiliki potensi industri batik yang seimbang. Di wilayah Kotamadya Yogyakarta, industri batik terdapat di daerah Tirtodipuran, Panembahan dan Pawirotaman.[4] Di kawasan tirtodipuran juga banyak di jual hasil kreatifitas masyarakat setempat yaitu batik khas jogja, serta pembuatan batik dan khusus di sediakan bagi pengunjung yang datang.[5]
B.  Pembatasan Rumusan Masalah
Pembatasan dalam pembuatan makalah saya ini lebih mengacu pada perjalanan sejarah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kerajinan batik dilihat dari jenis dan motif batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan membahas mengenai informasi umum mengenai suku budaya, keadaan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, ditinjau dari letak geografis, keadaaan iklim Daerah Istimewa Yogyakarta, serta administrasi pemerintahan, yang semua ini akan di bahas lebih mendalam di makalah saya ini.
C. Tujuan Penulisan
Bertujuan memberikan informasi secara umum mengenai Yogyakarta , dilihat dari aspek budaya dalam kerajinan tekstil batik khususnya, yang memberikan info kepada masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat internasional pada umumnya, selain itu mengenai informasi keadaan fisik Yogyakarta yang belum banyak masyarakat mengetahui, banyak potensi wisata budaya, serta alam yang belum banyak di kembangkan sebagai sarana pariwisata di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Tentu saja manfaat dari penulisan makalah saya ini untuk memberikan informasi dan sekelumit kabar mengenai keadaan alam Yogyakarta dari pembahasan makalah ini , dan juga akan membahas lebih rinci mengenai motif batik yang terdapat di Yogyakarta, selain itu juga mengenai kekayaan khazanah batik yang banyak orang tidak mengetahui akan besarnya potensi kerajinan batik dan akan di tuangkan melalui makalah ini dengan pembahasan motif-motif batik khususnya dari Yogyakarta.
E.  Metodologi Penulisan
Saya mengambil metode penulisan lebih banyak mengambil sumber dari sumber online, bukan melalui situs blog, malainkan sumber yang di dapatkan dari situs pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui PDF yang dalam hal ini informasi yang cukup terpercaya unyuk melengkapi pembuatan makalah saya, ada beberapa buku yang di dapatkan, namun lebih pada pengantar informasi pariwisata dan dari atlas katalog lengkap mengenai Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
F.  Sistematika Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan sejarah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, keadaan Geografis, Iklim, Administrasi Pemerintahan serta pembahasan tentang Motif Batik Khas Yogyakarta.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Provinsi DI Yogyakarta dan informasi umum
Gambar 1.1: Peta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .( Wikipedia.org/peta_yogya )
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu provinsi yang memiliki kewenangan istimewa tersendiri sejak diatur dalam UU No. 3 Tahun 1950 dan telah direvisi dalam UU No. 13 Tahun 2012. Kewenangan istimewa DIY meliputi pada (i) tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan wakil Gubernur, (ii) kelembagaan pemerintah daerah Provinsi, (iii) kebudayaan, (iv) pertanahan, dan (v) penataan ruang. Keistimewaan DIY tersebut memang tidak terlepas dari dijabatnya Gubernur DIY oleh Sultan Hamengkubuwono selaku Raja dari Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Sebagai salah provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di tengah pulau Jawa, dikelilingi oleh Provinsi Jawa Tengah dan disebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Di sebelah selatan Provinsi terdapat garis pantai sepanjang 110 km berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah utara menjulang tinggi gunung berapi paling aktif di dunia Merapi (2.968 m). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudera Hindia di bagian selatan dan Provinsi Jawa Tengah di bagian lainnya. Batas dengan Provinsi Jawa Tengah meliputi:
1.       Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara dan timur
2.       Kabupaten Klaten di bagian timur laut
3.       Kabupaten Magelang di bagian barat laut
4.       Kabupaten Purworejo di bagian barat
Secara astronomis, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 70° 33’ LS - 8° 12’ LS dan 110° 00’ BT - 110° 50’ BT. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km², terdiri dari 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung kidul, dan Kabupaten Kulonprogo. Setiap kabupaten/kota mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang tersedia juga tidak sama. Perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana pengembangan daerah.[6] Merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari:
1.      Kabupaten Kulonprogo beribukota Wates, dengan luas 586,27 km² (18,40 persen)
2.      Kabupaten Bantul beribukota Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91 persen)
3.      Kabupaten Gunung kidul beribukota Wonosari dengan luas 1.485,36 km² (46,63 persen)
4.      Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04 persen)
5.      Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1.02 persen).
Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas Yogyakarta, 35,93 persen merupakan jenis tanah Lithosol, 27,41 persen Regosol, 11,94 persen Lathosol, 10,45 persen Grumusol, 10,30 persen Mediteran, 2,23 persen Aluvial, dan 1,74 persen adalah tanah jenis Rensina. Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 m - 499 m dari permukaan laut tercatat sebesar 63,18 persen, ketinggian kurang dari 100 m sebesar 31,56 persen, ketinggian antara 500 m - 999 m sebesar 4,79 persen dan ketinggian di atas 1000 m sebesar 0,47 persen. [7]  Yogyakarta memiliki penduduk kurang lebih 3.388.733 jiwa, dengan suku mayoritas yaitu suku jawa, penantar Bahasa daerah adalah Bahasa jawa, agama yang di anut oleh masyarakat Yogyakarta diantaranya islam 92,7 %, Kristen 6,8 %, hindu 1,9 %, dan budha 0,42 %. Identitas provinsi ini, dilihat dari identitas flora yaitu kepel, identitas fauna yaitu burung perkutut, dalam masyarakat yogyakarta juga memiliki model rumah yang khas yaitu rumah joglo, dari segi budaya jogja juga memiliki kesenia tari serimpi, bondan dan lain-lain, makanan khas jogja yang terkenan adalah gudeg, yang terbuat dari nangka muda, alat music yang khas dari masyarakat jogya adalah gamelan, yangs erring di pergunakan sebagai alat pendukung acara pagelaran tari dan festival budaya lainnya. Yogyakartajuga memiliki komoditas unggulan dari alam seperti kayu jati, bahan pangan (beras, jagung dan ketela pohon), serta bahan mentah dari kulit hewan yang digunakan untuk kerajinan-kerajinan, serta yang tidak kalah menarinya adalah komoditas unggulan dari kerajinan batik. Yogyakarta juga memiliki industry unggulan seperti pariwisata, kerajinan perak, dan industry rumahan seperti membatik dan hasil oleh-oleh panganan (bakpia patuk, gudeg dll). [8]
Kondisi Umum Wilayah Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi terkecil kedua
setelah Provinsi DKI Jakarta dan terletak di tengah Pulau Jawa, dikelilingi oleh Provinsi Jawa Tengah dan termasuk zona tengah bagian selatan dari formasi geologi Pulau Jawa. Di sebelah selatan terdapat garis pantai sepanjang 110 km berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah utara menjulang Gunung Merapi (± 2.968 m ), salah satu dari gunung yang paling aktif di dunia. Luas keseluruhan Provinsi DIY adalah 3.185,80 km2 atau kurang lebih 0,15% luas daratan Indonesia. Di sebelah barat mengalir Sungai Progo, yang berawal dari Jawa Tengah, dan Sungai Opak di sebelah timur yang berawal dari Gunung Merapi yang bermuara di laut selatan.[9] Ibukota provinsi daerah istimewa Yogyakarta adalak kota Yogyakarta, kota-kota lainnya adalah Bantul, Wates, Sleman dan Wonosari. administratif Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi dalam satu kota dan empat kabupaten, dimana Kota Yogyakarta membentuk kesatuan administrasi sendiri. Jarak ke ibukota Negara Jakarta, adalah 600 km kota-kota besar yang paling dekat adalah Semarang di Jawa Tengah (120 km) dan Surabaya di Jawa Timur (320 km). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah barat dan tenggara dikelilingi oleh barisan pegunungan di sebelah utara oleh Gunung Merapi. [10]
Pegunungan di bagian selatan, terutama di Kabupaten Gunung kidul mencapai ketinggian sampai 700 m. Faktor cuaca menyebabkan iklim tropis sepanjang tahun dengan suhu rata-rata, yaitu dari 25°C sampai 32°C, dan di tempat-tempat yang lebih tinggi suhunya lebih dingin, kelembaban udara tergantung pada musim, umumnya berkisar pada 84%. Musim hujan dimulai pada Bulan Oktober dan berakhir pada Bulan Maret. Musim kemarau berlangsung dari Bulan April sampai Bulan September. Jumlah curah hujan dalam jangka waktu satu tahun mencapai 1.750 mm, intensitas tertinggi terjadi pada Bulan Januari sampai Maret, dimana curah hujan perbulan mencapai lebih dari 300 mm setiap m2. Selama musim kemarau angin Muson bertiup dari timur dan hujan turun kurang lebih 3 mm setiap hari.
Letak Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi:
1. Kabupaten Klaten di sebelah timur laut;
2. Kabupaten Wonogiri di sebelah tenggara;
3. Kabupaten Purworejo di sebelah barat;
4. Kabupaten Magelang di sebelah barat laut.
Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7°.33´ - 8°.12´ Lintang Selatan dan 110°.00´ - 110°.50´ Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.890.75 km²), merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari:
1. Kabupaten Kulonprogo, dengan luas 586,27 km² (18,40 persen);
2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km² (15,91 persen);
3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km² (46,63 persen);
4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km² (18,04 persen);
5. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km² (1.02 persen).
Berdasarkan informasi dari Badan Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas Yogyakarta, 35,93 persen merupakan jenis tanah Lithosol, 27,41 persen Regosol, 11,94 persen Lathosol, 10,45 persen Grumusol, 10,30 persen Mediteran, 2,23 persen Alluvial, dan 1,74 persen adalah tanah jenis Rensina. Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak pada ketinggian antara 100 m - 499 m dari permukaan laut tercatat sebesar 63,18 persen, ketinggian kurang dari 100 m sebesar 31,56 persen, ketinggian antara 500 m-999 m sebesar 4,79 persen dan ketinggian di atas 1000 m sebesar 0,47 persen.[11]
Iklim
Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim tropis dengan curah hujan berkisar
antara 1,88 mm - 39,85 mm per-hari yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bandara Adisucipto, suhu udara ratarata di Yogyakarta tahun 2007 menunjukkan angka 26,93° C lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2006 yang tercatat sebesar 26,34° C, dengan suhu maksimum 33,8° C dan suhu minimum 21,5°C. Sedangkan kelembaban udara tercatat 49,2 - 95,1 persen, tekanan udara antara 1.008,5 mb - 1,013,4 mb, dengan arah angin antara 180 derajat - 240 derajat dan kecepatan angin antara 1,3 knot sampai dengan 5,92 knot.[12]
Topografi dan Altitude
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian besar wilayahnya terletak antara 100 - 499 m dari permukaan laut, beriklim tropis dengan curah hujan berkisar antara 0,01 - 100,00 mm yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. Keadaan fisiografis Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari: Pegunungan Selatan Luas : ± 1.656,25 km2 Ketinggian : 150 - 700 m, Pegunungan Berapi Merapi, Luas : ± 582,81 km2 Ketinggian : 80 - 2911 m, Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo Luas: ± 215,62 km2, Ketinggian : 0 - 80 m, Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah Selatan Luas : ± 706,25 km2, Ketinggian : 0 - 572 m.[13]

Administrasi Pemerintahan
Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah bertanggung jawab sebagai eksekutif dan DPRD bertanggung jawab sebagai legislatif. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh seorang Gubernur dengan ibukota propinsi adalah Kota Yogyakrta. Untuk melaksanakan tugasnya, dalam merumuskan kebijakan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan, serta pelayanan masyarakat terdapat unsur-unsur pembantu Pimpinan Pemerintah Daerah yaitu Sekretariat Daerah (Setda), Lembaga Teknis Daerah, dan Dinas Daerah. [14]
Lembaga teknis daerah terdiri dari: 9 Badan ( Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Badan Lingkungan Hidup, Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Badan Kerjasama dan Penanaman Modal, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat) dan 3 Kantor, sedangkan Dinas Daerah sejumlah 13 Dinas. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota dengan 78 kecamatan dan 438 kelurahan / desa yaitu:
1.      Kabupaten Kulonprogo terdiri dari 12 kecamatan dan 88 kelurahan desa.
2.      Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 kelurahan / desa
3.      Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan dan 144 kelurahan /desa
4.      Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan dan 86 kelurahan / desa
Filosofi, Visi, Misi, Pemerintah Provinsi Daeran Istimewa Yogyakarta
A.   DASAR FILOSOFI
Filosofi yang mendasari pembangunan daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana, sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat Yogyakarta yang berkelanjutan berdasarkan nilai budaya. Hakekat budaya adalah hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang benar dan bermanfaat. Demikian pula budaya Jawa, yang diyakini oleh masyarakat DIY sebagai salah satu acuan dalam hidup bermasyarakat, baik ke dalam maupun ke luar. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Gemah Ripah Loh Jinawi, Ayom, Ayem, Tata, Titi Tentre, Kerta Raharja, dengan perkataan lain, budaya\ tersebut akan bermuara pada kehidupan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, baik ke dalam maupun ke luar. Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai kewajiban melindung, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan berkarya untuk masyarakat dari pada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud mencakup seluruh peri kehidupan baik dalam skala kecil (keluarga), ataupun masyarakat dan lingkungan hidupnya, dengan mengutamakan darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak mementingkan diri sendiri.
B.   VISI Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Bertitik tolak dari dasar filosofi, kondisi dan aspek-aspek yang potensial yang berkembang selama ini serta mempertimbangkan perkembangan global yang pesat perlu diwujudkan suatu kondisi dinamis masyarakat yang maju namun tetap menjunjung tinggi nilai-ilai budaya yang adiluhung. Sehubungan dengan hal tersebut maka visi pembangunan DIY yang akan dicapai selama dua puluh tahun mendatang adalah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera. Sebagai pusat pendidikan terkemuka, di masa depan DIY menghasilkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, berdaya saing tinggi dan berakhlak mulia yang dilandasi pengam alan agama, yang didukung oleh lembaga pendidikan yang kredibel, berstandar nasional ataupun internasional. Di samping itu, sebagai pusat pendidikan terkemuka, DIY beserta lingkungan sosial masyarakatnya merupakan lingkungan yang kondusif dan nyaman untuk belajar dan menuntut ilmu.
C.   MISI Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditempuh melalui empat misi pembangunan daerah sebagai berikut:
A.    Mewujudkan pendidikan berkualitas, berdaya saing, dan akuntabel yang Didukung oleh sumber daya pendidikan yang handal.
B.     Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan.
C.     Mewujudkan kepariwisataan yang kreatif dan inovatif.
D.    Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada Kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat.[15]
Sebaran Pengusaha Batik di DI Yogyakarta
Sebaran pengusaha batik di wilayah kodya Yogyakarta sebagnyak 60 pengusaha dan menyerap lebih dari 499 tenaga kerja, di kabupaten bantul yang tepatnya berada di desa wijirejo dan desa wukirsari maupun desa murtigading, jumlah pengusaha batik di kabupaten bantul ini pada tahun 1994 sebanyak 34 perusahaan dan menyerap lebih dari 291 orang. Di kabupaten kulon progo, industry batik berada di desa hargomulyo, desa kulur dan desa sidorejo. Jumlah pengusaha batik di kabupaten ini sebanyak 25 pengusaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 276 orang. Kabupaten gunung kidul terdapat 48 pengusaha yang menyerap lebih dari 60 pengusaha, yang tersebar di desa nitikan, desa ngalang dan desa mengger. Kabupaten sleman, industry batik berada di desa nogotirto dan desa mororejo, jumlah pengusaha sebanyak 3 pengusaha dan menyerap tenaga kerja 8 orang. Kerajinan batik yang dihasilkan oleh para pengusaha batik Yogyakarta ini bukan hanya corak batik klasik namun juga sudah memproduksi batik modern.[16]
Berbagai Motif Batik Klasik Khas Yogyakarta
Nama-Nama Jenis Batik Klasik Yogyakarta
1.      Motif Parang
Gondosuli, Parag Baris, Parang Gentong, Parang Curiga, Parang Jenggot, Parang Kembang, Parang Kima, Parang Klitik, Parang Kurung, Parang Kusuma, Parang Menang, Parang Ngesti, Parang Pancing, Parang Peni, Parang Rusak, Parang Sarpa, Parang Sawut, Parang Sobrah, Parang Sonder dan Parang Suli.
2.      Motif Geometri
Bibis Pista, Bintangan, Cakar Melik, Cakar Wok, Cempaka Mulyo, Gadong Gandok, Gambir Seketi, Ima-Ima Tatit, Jamblang Juwet, Jayakusuma, Jayasentana, Jentik Manis, Kanigara, Kawung Beton, Kawung Picis, Kawung Pijetan, Kembang Blimbing, Gembang Ganggong, Kembang Manggar, Kembang Pepe, Kembang Sikatan, Kijing Miring, Limaran. Limar Ketanggi, Merang Kecer, Nam Tikar, Nitik Rengganis, Onengan, Pilih Asih, Ragahina, Riti-Riti, Sekar Kacang, Sewu Riris, Sirapan, Sriwedari, Tambal Miring, Tirta Teja, Tanjung Tirta, Ubar Abir, Uceng Mudik, Udang Liris.
3.      Motif Banji
Banji, Banji Bengkok, Banji Guling.
4.      Motif Tumbuhan Menjalar
Anggur Cangklet, Cokrak-Cakrik, Delima Wantah, Dudo Brengos, Kembang Gempol, Kembang Pudak, Kembang Semak, Kimo Monad, Lung Bentul, Lung Ece, Lung Gadung, Lung Gedawung, Lung Ketongkeng, Lung Klwer, Lung Pakis, Lung Peniti, Lung Petik Galaran, Paleman, Pisang Bali, Regolan, Sawat Suri, Sembagen, Semen Ceplokan, Semen Gebel, Semen Gurdo, Semen Kasut,Semen Kebon, Semen Kipas, Semen Kukilo, Semen Kurung, Semen Lombok, Semen Pot, Semen Room, Semen Yogya, Sobrang Gending, Sumarsana, Tluki.
5.      Motif Tumbuhan Air
Ganggong, Ganggong Bronta, Ganggong Curiga, Ganggong Garut, Ganggong Jubin, ganggong kebar, ganggong Lerep, Ganggong Ranti, Ganggong Gari, Ganggong Turki, Ganggong Wibawa, Ganggong Yojana.
6.      Motif Bunga
Cakrakusuma, Cempaka Mekar, Ceplok Kelan, Ceplok Kuwari, Ceplok Manggis, Ceplok Mendut, Ceplok Mundu, Ceplok Onde-Onde, Gandasan, Kembang Jembul, Kembang Kapas Baris, Kembang Kenikir, Kembang Waru, Lung Slop, Melati Selengkang, Nagasari, Purbanegara, Puspa Tanjung, Trutum.
7.      Motif Satwa Dari Alam
Alas-Alasan, Ayam Puger, Baita Kandas, Baris Kundur, Bekingking, Beri, Bondet, Bramara, Buntal, Geplok Grameh, Ceplok Koci, Ceplok Kusnia, Cuntang, Cuwiri, Dablang, Dara Gelar, Endas Maling, Girang Campur, Gringsing, Gringsing Klungsu, Gringsing Klusuk, Gringsing Sisik, Keyongan, Kongkang Sembiyan Kupon, Kupu Gandrung, Lintang Trenggana, Mirong, Nogo Bisikan, Nogo Pertolo, nogo puspa, pandelegan, Peksi Deres, Peksi Gagak, Peksi Garuda, Peksi Handon, Peksi Huk, Peksi Kablak, Peksi Kingkin, Peksi Kirana, Peksi Kurung, Peksi Kuwun, Peksi Mukata, Peksi Sikata, Peksi Urang-Urangan, Purbayasa, Randa Widada, Semen Candra, Semen Conil, Semen Jlenggut, Semen Kalung, Semen Persi, Semen Semeng, Semen Sinom, Semen Srowot, Sido Luhur, Sido Mukti, Singa Barong, Sruni Landak, Supit Urang, Tebeng, Telekun Angrem, Terang Bulan, Trenggiling Mentik, Tunjung Karobban, Urang-Urangan.[17]
gambar 1.2: motif batik klasik Yogyakarta, motif parang, geometri, banji, tumbuhan menjalar,  tumbuhan air, bunga, satwa dalam alam (katalog batik khas Yogyakarta)
Jenis dan Gambar Batik Khas Yogyakarta
1.      Cuwiri
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·         Jenis produk: semekan/ kemben
·         Kalangan pemakai: umum
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: Cuwiri = bersifat kecil-kecil pemakaian kelihatan pantas/harmonis
2.      Parang tuding
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·         Jenis produk: semekan/ kemben
·         Kalangan pemakai: umum
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: parang = batu karang, tuding = ngarani = menunjuk, menunjukkan hal-hal yang baik dan menimbulkan kebaikan
3.      Sido asih kemoda sungging
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku:  kain primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·         Jenis produk: semekan/ kemben
·         Kalangan pemakai: umum
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: sido = jadi, asih = saying, agar disayang setiap orang.
4.      Kembang temu latar putih
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: indigo (biru)
·         Kegunaan: bepergian, pesta
·         Jenis produk: selendang
·         Kalangan pemakai: umum
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: kembang temu = temuwa, orang yang memakai memiliki sikap dewasa (temuwa)
5.      Tambal kanoman
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: dipakai orang muda, terutama untuk tingalan tahun (ulang tahun)
·         Jenis produk: kain panjang
·         Kalangan pemakai: umum pria dan wanita
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: si pemakai kelihatan pantas/ luwes dan banyak rezeki
6.      Jawah liris seling sawat gurdo
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: berbusana
·         Jenis produk: kain panjang
·         Kalangan pemakai: umum
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: jawah iris = gerimis
7.      Prabu anom/ parang tuding
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: mori primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: upacara mitoni
·         Jenis produk: kain panjang
·         Kalangan pemakai: menengah ke atas
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: agar si pemakai mencapatkan kedudukan yang baik, awet muda dan simpatik.
8.      Semen room sawat gurdo cantel
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: mitoni di palai pesta
·         Jenis produk: kain panjang
·         Kalangan pemakai: menengah ke atas (larangan/ sakral) kalangan kraton/ bangsawan
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: agar selalu mendapatkan berkah dari tuhan
9.      Soko rini
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·         Jenis produk: semekan/ kemben
·         Kalangan pemakai: putri segala kalangan
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: soko – orang, rini – senang, pemakaian mendapatkan kesenangan kukuh dan abadi.
10.   Bledak sidoluhur latar putih
·         Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl. Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·         Bahan baku: primissima
·         Zat warna: soga
·         Kegunaan: upacara mitoni ( upacara masa 7 bulan bagi penganten putri saat hamil pertama kali )
·         Jenis produk: kain panjang
·         Kalangan pemakai: menengah ke atas
·         Sumber informasi: Ny. Pawiro Waconi
·         Filosofi: yang menggunakan selalu dalam keadaan gembira.[18]
   
Gambar 1.3: kiri: cuwiri, parang tuding, sido asih kemoda sungging, kanan: kembang temu latar putih, tambal kanoman, jawah liris sawat gurdo. (katalog batik khas Yogyakarta hlm 6-8)
 
Gambar 1.4: kiri: prabu anoman/ parang tuding, semen room sawat gurdo cantel. Soko rini. Kanan: bledak sidoluhur latar putih, sido mukti luhur, lerek parang centung (katalog batik khas Yogyakarta hlm 11-13)

 
Gambar 1.5: kiri: tirta teja, paran bligo ceplok nitik kembang randu, parang curigo ceplok kepet. Kanan: sido mukti ukel lembat, sido asih sungut, sido asih (katalog batik khas Yogyakarta hlm 15-21).


 
Gambar 1.6: kiri: parang grompol, truntum sri kencono, wahyu tumurun cantel. Kanan: sidoasih, parang nitik, peksi kurung. (katalog batik khas Yogyakarta hlm 22-24)
KESIMPULAN
            Melestarikan budaya dan kearifan lokal bukan hanya tugas para pengrajin atau budayawan, namun kita sebagai generasi anak bangsa haruslah memiliki rasa kepedulian terhadap budaya bangsa, termasuk apa yang sudah di bahas di dalam makalah ini, Yogyakarta memberikan banyak informasi mengenai wilayahnya yang masih mempertahankan eksistensinya sebagai daerah istimewa berbentuk kerajaan, di tengah tumbuhnya masyarakat demokrasi, dan menyimpan segudang kekayaan khazanah dalam membatik contonya, yang di tuangkan dengan kreatifitas para pengrajin batik, Yogyakarta bukanlah daerah yang asing di telinga kita, namun tidak ada salahnya apabila kita mengkaji kekayaan kerajinan batik yang memiliki nilai seni yang tinggi, serta kearifan masyarakatnya, yang juga sudah terdengar bukan hanya di kawasan regional saja, namun sudah tersebar di kancah internasional, maka dari itu kita wajib mengetahui tentang kerajinan membatik, dengan demikian kita dapat tahu bahwa kekayaan bangsa Indonesia tidaklah sedikit, namun dengan segudang kekayaan ini, kita harus melestarikan bersama, dan menjadi tugas semua kalangan, bukan hanya dari elite bangsawan, namun kalangan masyarakat umum, yang dengan ini dapat menghidupkan kebudayaan dan kearifan lokal dari membatik ini,
DAFTAR PUSTAKA
Bakri Gayo, Atlas Indonesia dan dunia, sumber daya alam dan sosial budaya. Jakarta: CV. Mitra Keluarga, 2008.
Info Umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta PDF
Jogja the real of java, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta (buku pedoman wisata kota yogyakarta)
Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan industry kecil dan menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah departemen perindustrian provinsi daerah istimewa yogyakarta PDF,
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kementerian Keuangan Republic Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan PDF
33 Privinsi Profil Kehutanan PDF





[1] 33 privinsi profil kehutanan pdf. Hlm 278
[2]  Info umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sejarah daerah istimewa Yogyakarta pdf. Hlm 1 dan 2.
[3]  Info umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sejarah daerah istimewa Yogyakarta pdf. Hlm 3 dan 4
[4] Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan industry kecil dan menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah departemen perindustrian provinsi daerah istimewa yogyakarta pdf,    hlm 2
[5] Jogja the real of java, dinas pariwisata dan kebudayaan kota Yogyakarta. Hlm 62.
[6] Tinjauan ekonomi dan keuangan daerah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kementerian Keuangan Republic Indonesia, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan PDF, selayang pandang hlm 5 dan 6
[7] Info umum provinsi daerah istimewa Yogyakarta, letak geografis PDF, hlm 4
[8] Bakri Gayo, Atlas Indonesia dan dunia, sumber daya alam dan sosial budaya. Jakarta: CV. Mitra Keluarga, 2008. Hlm 34-35.
[9] Info umum provinsi daerah istimewa Yogyakarta, kondisi umum daerah PDF, hlm 2
[10]  Ibid,hlm 3
[11] Info umum provinsi daerah istimewa Yogyakarta, letak geografis PDF, hlm 3-4

[12] Info umum provinsi daerah istimewa Yogyakarta, iklim PDF, hlm 4
[13] Ibid info umum DIY, topografi dan altitude PDF, hlm 4
[14] Ibid info umum DIY, administrasi dan pemerintahan PDF, hlm 5
[15] Info Umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, filosofi. Visi dan misi PDF, hlm 6-9.
[16] Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan Industry kecil dan Menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pdf,  hlm 3
[17] Katalog Batik Khas Yogyakarta, Proyek Pengembangan Industry kecil dan Menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah Departemen Perindustrian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pdf,   hlm 3-5
[18] Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan industry kecil dan menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah departemen perindustrian provinsi daerah istimewa yogyakarta pdf,    hlm 7-12

0 komentar:

Posting Komentar