Abstrak
Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah Daerah Istimewa setingkat provinsi di Indonesia yang
merupakan peleburan bekas (Negara) Kesultanan Yogyakarta dan (Negara) Kadipaten
Paku Alaman. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 5 Kabupaten,
78 kecamatan, 169 kota, 264 desa dan 4.508 dukuh.[1]
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kekayaan nilai budaya yang di tuangkan pada
kerajinan membatik, makalah ini akan membahas mengenai sejarah provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta, kota dan kabupaten apa saja yg masuk di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta, suku apa saja yang mendiami provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
serta potensi kerajinan daerah seperti membatik.
Keyword:
sejarah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kerajinan Batik, info Kota-Kabupaten
DIY , Informasi Umum Daerah Istimewa Yogyakarta .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah Singkat Daerah Istimewa
Yogyakarta
Sebelum
Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai
pemerintahan
sendiri atau disebut Daerah Swapraja, yaitu Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman. Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar
Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1755, sedangkan Kadipaten Pakualaman
didirikan oleh Pangeran Notokusumo (saudara Sultan Hamengku Buwono II) yang
bergelar Adipati Paku Alam I pada tahun 1813. Pemerintah Hindia Belanda
mengakui Kasultanan dan Pakualaman sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah
tangganya sendiri yang dinyatakan dalam kontrak politik. Kontrak politik yang
terakhir Kasultanan tercantum dalam Staatsblaad 1941 Nomor 47, sedangkan
kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 Nomor 577. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku
Alam VIII menyatakan kepada Presiden RI, bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan
Daerah Pakualaman menjadi wilaya Negara RI, bergabung menjadi satu kesatuan
yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung
jawab langsung kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
1.
Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dan sri paku alam VII tertanggal 19 Agustus 1945 dan Presiden RI.
2.
Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX
dan Sri Paku alam VIII tertanggal 5 september 1945 (dibuat secara terpisah).
3.
Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX
dan sri paku alam VIII tertanggal 30 oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).
Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31
Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam undang-undang
tersebut dinyatakan DIY meliputi bekas Daerah Kasultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang
mengatur Pemerintahan Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui,
sebagaimana dinyatakan dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004.[2]
Letak Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi
di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta
di bagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta
yang terletak antara 7°.33´ - 8°.12´ Lintang Selatan dan 110°.00´ - 110°.50´
Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas
Indonesia (1.890.75 km²), merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.[3]
Sekilas Sejarah Batik
Kurang lebih dari 2.000 sebelum
masehi, ragam hias telah tumbuh di Indonesia yang dipengaruhi oleh unsur-unsur
yang sudah ada pada saat itu, ragam hias saat itu berupa lambang-lambang atau
dari symbol dari benda-benda kramat. Pada abad ke 15 seni batik telah maju dan
berkembang, ketika itu seni batik mendapat pengaruh dari agama Budha dan Islam
terhadap corak Batik yang ada. Gp rouffaer dalam bukunya ‘’de Batik-Kust’’
menyebutkan bahwa asal mulanya batik di Jawa adalah dari luar, di bawa pertama
oleh orang Kalingga Koromandel yang mula-mula sebagai pedagang, kemudian
sebagai imigran kolonisator sejak kurang lebih 400 AD dan perpengaruh di pulau
jawa. Setelah ada perkembangan lebih lanjut, maka seni batik mulai menekuni teknik
pembuatan batik di pulau Jawa semakin berkembang dan pada abad ke-19 masyarakat
terutama di Jawa Tengah dan Yogyakarta mulai menekuni teknik pembuatan batik
yang mengalami perkembangan pesat dewasa ini, selama pemerintahan para Sultan
di Jawa, yang didirikan kira-kira pada permulaan abad ke 13, seni batik hanya
dibuat dalam lingkungan keraton dan digemari oleh para puteri keraton hingga
sekarang. Di Yogyakarta saat ini tidak kurang ada sekitar 400 motif batik khas
Yogyakarta yang terdiri dari motif batik klasik maupun motif batik modern,
sehingga Yogyakarta dikenal sebagai kota batik, beberapa contoh motif batik
klasik Yogyakarta antara lain:
1.
Motif Parang
2.
Motif Geometri
3.
Motif Banji
4.
Motif Tumbuh-Tumbuhan Menjalar
5.
Motif Bunga
6.
Motif Satwa Dalam Alam Kehidupan
Provinsi DIY yang terdiri dari 1 kotamadya dan empat kabupaten memiliki
potensi industri batik yang seimbang. Di wilayah Kotamadya Yogyakarta, industri
batik terdapat di daerah Tirtodipuran, Panembahan dan Pawirotaman.[4]
Di kawasan tirtodipuran juga banyak di jual hasil kreatifitas masyarakat
setempat yaitu batik khas jogja, serta pembuatan batik dan khusus di sediakan
bagi pengunjung yang datang.[5]
B. Pembatasan Rumusan Masalah
Pembatasan dalam pembuatan makalah saya ini lebih
mengacu pada perjalanan sejarah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kerajinan
batik dilihat dari jenis dan motif batik di Daerah Istimewa Yogyakarta dan
membahas mengenai informasi umum mengenai suku budaya, keadaan wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta, ditinjau dari letak geografis, keadaaan iklim Daerah Istimewa Yogyakarta,
serta administrasi pemerintahan, yang semua ini akan di bahas lebih mendalam di
makalah saya ini.
C. Tujuan Penulisan
Bertujuan memberikan informasi secara umum
mengenai Yogyakarta , dilihat dari aspek budaya dalam kerajinan tekstil batik
khususnya, yang memberikan info kepada masyarakat Indonesia khususnya dan
masyarakat internasional pada umumnya, selain itu mengenai informasi keadaan
fisik Yogyakarta yang belum banyak masyarakat mengetahui, banyak potensi wisata
budaya, serta alam yang belum banyak di kembangkan sebagai sarana pariwisata di
kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan
Tentu saja manfaat dari penulisan makalah saya ini untuk
memberikan informasi dan sekelumit kabar mengenai keadaan alam Yogyakarta dari
pembahasan makalah ini , dan juga akan membahas lebih rinci mengenai motif
batik yang terdapat di Yogyakarta, selain itu juga mengenai kekayaan khazanah
batik yang banyak orang tidak mengetahui akan besarnya potensi kerajinan batik
dan akan di tuangkan melalui makalah ini dengan pembahasan motif-motif batik
khususnya dari Yogyakarta.
E. Metodologi Penulisan
Saya mengambil metode penulisan lebih banyak mengambil
sumber dari sumber online, bukan melalui situs blog, malainkan sumber yang di
dapatkan dari situs pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui PDF yang
dalam hal ini informasi yang cukup terpercaya unyuk melengkapi pembuatan
makalah saya, ada beberapa buku yang di dapatkan, namun lebih pada pengantar
informasi pariwisata dan dari atlas katalog lengkap mengenai Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
F. Sistematika Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung
pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana
yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan sejarah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
keadaan Geografis, Iklim, Administrasi Pemerintahan serta pembahasan tentang
Motif Batik Khas Yogyakarta.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini
sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Provinsi DI
Yogyakarta dan informasi umum
Gambar 1.1: Peta Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta .( Wikipedia.org/peta_yogya )
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
merupakan salah satu provinsi yang memiliki kewenangan istimewa tersendiri
sejak diatur dalam UU No. 3 Tahun 1950 dan telah direvisi dalam UU No. 13 Tahun
2012. Kewenangan istimewa DIY meliputi pada (i) tata cara pengisian jabatan,
kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan wakil Gubernur, (ii) kelembagaan
pemerintah daerah Provinsi, (iii) kebudayaan, (iv) pertanahan, dan (v) penataan
ruang. Keistimewaan DIY tersebut memang tidak terlepas dari dijabatnya Gubernur
DIY oleh Sultan Hamengkubuwono selaku Raja dari Kasultanan Ngayogyakarto
Hadiningrat. Sebagai salah provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di tengah pulau Jawa, dikelilingi oleh
Provinsi Jawa Tengah dan disebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera
Indonesia. Di sebelah selatan Provinsi terdapat garis pantai sepanjang 110 km
berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah utara menjulang tinggi gunung
berapi paling aktif di dunia Merapi (2.968 m). Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta terletak di bagian selatan tengah Pulau Jawa yang dibatasi oleh
Samudera Hindia di bagian selatan dan Provinsi Jawa Tengah di bagian lainnya.
Batas dengan Provinsi Jawa Tengah meliputi:
1.
Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara dan
timur
2.
Kabupaten Klaten di bagian timur laut
3.
Kabupaten Magelang di bagian barat laut
4.
Kabupaten Purworejo di bagian barat
Secara astronomis, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta terletak antara 70° 33’ LS - 8° 12’ LS dan 110° 00’ BT -
110° 50’ BT. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 km²,
terdiri dari 4 kabupaten dan 1 Kota, yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung kidul, dan Kabupaten Kulonprogo. Setiap
kabupaten/kota mempunyai kondisi fisik yang berbeda sehingga potensi alam yang
tersedia juga tidak sama. Perbedaan kondisi fisik ini ikut menentukan dalam rencana
pengembangan daerah.[6]
Merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta,
yang terdiri dari:
1.
Kabupaten Kulonprogo beribukota
Wates, dengan luas 586,27 km² (18,40 persen)
2.
Kabupaten Bantul beribukota Bantul,
dengan luas 506,85 km² (15,91 persen)
3.
Kabupaten Gunung kidul beribukota
Wonosari dengan luas 1.485,36 km² (46,63 persen)
4.
Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82
km² (18,04 persen)
5.
Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50
km² (1.02 persen).
Berdasarkan informasi dari Badan
Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas Yogyakarta, 35,93 persen merupakan
jenis tanah Lithosol, 27,41 persen Regosol, 11,94 persen Lathosol, 10,45 persen
Grumusol, 10,30 persen Mediteran, 2,23 persen Aluvial, dan 1,74 persen adalah
tanah jenis Rensina. Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak
pada ketinggian antara 100 m - 499 m dari permukaan laut tercatat sebesar 63,18
persen, ketinggian kurang dari 100 m sebesar 31,56 persen, ketinggian antara
500 m - 999 m sebesar 4,79 persen dan ketinggian di atas 1000 m sebesar 0,47
persen. [7]
Yogyakarta memiliki penduduk kurang
lebih 3.388.733 jiwa, dengan suku mayoritas yaitu suku jawa, penantar Bahasa
daerah adalah Bahasa jawa, agama yang di anut oleh masyarakat Yogyakarta
diantaranya islam 92,7 %, Kristen 6,8 %, hindu 1,9 %, dan budha 0,42 %. Identitas
provinsi ini, dilihat dari identitas flora yaitu kepel, identitas fauna yaitu
burung perkutut, dalam masyarakat yogyakarta juga memiliki model rumah yang
khas yaitu rumah joglo, dari segi budaya jogja juga memiliki kesenia tari
serimpi, bondan dan lain-lain, makanan khas jogja yang terkenan adalah gudeg,
yang terbuat dari nangka muda, alat music yang khas dari masyarakat jogya
adalah gamelan, yangs erring di pergunakan sebagai alat pendukung acara
pagelaran tari dan festival budaya lainnya. Yogyakartajuga memiliki komoditas
unggulan dari alam seperti kayu jati, bahan pangan (beras, jagung dan ketela
pohon), serta bahan mentah dari kulit hewan yang digunakan untuk
kerajinan-kerajinan, serta yang tidak kalah menarinya adalah komoditas unggulan
dari kerajinan batik. Yogyakarta juga memiliki industry unggulan seperti
pariwisata, kerajinan perak, dan industry rumahan seperti membatik dan hasil
oleh-oleh panganan (bakpia patuk, gudeg dll). [8]
Kondisi Umum Wilayah Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
merupakan provinsi terkecil kedua
setelah Provinsi DKI Jakarta dan terletak di tengah
Pulau Jawa, dikelilingi oleh Provinsi Jawa Tengah dan termasuk zona tengah
bagian selatan dari formasi geologi Pulau Jawa. Di sebelah selatan terdapat
garis pantai sepanjang 110 km berbatasan dengan Samudera Indonesia, di sebelah
utara menjulang Gunung Merapi (± 2.968 m ), salah satu dari gunung yang paling
aktif di dunia. Luas keseluruhan Provinsi DIY adalah 3.185,80 km2 atau kurang
lebih 0,15% luas daratan Indonesia. Di sebelah barat mengalir Sungai Progo,
yang berawal dari Jawa Tengah, dan Sungai Opak di sebelah timur yang berawal
dari Gunung Merapi yang bermuara di laut selatan.[9]
Ibukota provinsi daerah istimewa Yogyakarta adalak kota Yogyakarta, kota-kota
lainnya adalah Bantul, Wates, Sleman dan Wonosari. administratif Daerah Istimewa
Yogyakarta dibagi dalam satu kota dan empat kabupaten, dimana Kota Yogyakarta
membentuk kesatuan administrasi sendiri. Jarak ke ibukota Negara Jakarta,
adalah 600 km kota-kota besar yang paling dekat adalah Semarang di Jawa Tengah
(120 km) dan Surabaya di Jawa Timur (320 km). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
di sebelah barat dan tenggara dikelilingi oleh barisan pegunungan di sebelah
utara oleh Gunung Merapi. [10]
Pegunungan di bagian selatan,
terutama di Kabupaten Gunung kidul mencapai ketinggian sampai 700 m. Faktor
cuaca menyebabkan iklim tropis sepanjang tahun dengan suhu rata-rata, yaitu
dari 25°C sampai 32°C, dan di tempat-tempat yang lebih tinggi suhunya lebih
dingin, kelembaban udara tergantung pada musim, umumnya berkisar pada 84%.
Musim hujan dimulai pada Bulan Oktober dan berakhir pada Bulan Maret. Musim
kemarau berlangsung dari Bulan April sampai Bulan September. Jumlah curah hujan
dalam jangka waktu satu tahun mencapai 1.750 mm, intensitas tertinggi terjadi
pada Bulan Januari sampai Maret, dimana curah hujan perbulan mencapai lebih
dari 300 mm setiap m2. Selama musim kemarau angin Muson bertiup dari timur dan
hujan turun kurang lebih 3 mm setiap hari.
Letak Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah
salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di Pulau
Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian selatan dibatasi
Lautan Indonesia, sedangkan di bagian timur laut, tenggara, barat, dan barat
laut dibatasi oleh wilayah Provinsi Jawa Tengah yang meliputi:
1. Kabupaten Klaten di sebelah timur
laut;
2. Kabupaten Wonogiri di sebelah
tenggara;
3. Kabupaten Purworejo di sebelah
barat;
4. Kabupaten Magelang di sebelah
barat laut.
Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta
yang terletak antara 7°.33´ - 8°.12´ Lintang Selatan dan 110°.00´ - 110°.50´
Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km² atau 0,17 persen dari luas
Indonesia (1.890.75 km²), merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari:
1. Kabupaten Kulonprogo, dengan luas
586,27 km² (18,40 persen);
2. Kabupaten Bantul, dengan luas
506,85 km² (15,91 persen);
3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas
1.485,36 km² (46,63 persen);
4. Kabupaten Sleman, dengan luas
574,82 km² (18,04 persen);
5. Kota Yogyakarta, dengan luas
32,50 km² (1.02 persen).
Berdasarkan informasi dari Badan
Pertanahan Nasional, dari 3.185,80 km² luas Yogyakarta, 35,93 persen merupakan
jenis tanah Lithosol, 27,41 persen Regosol, 11,94 persen Lathosol, 10,45 persen
Grumusol, 10,30 persen Mediteran, 2,23 persen Alluvial, dan 1,74 persen adalah
tanah jenis Rensina. Sebagian besar wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terletak
pada ketinggian antara 100 m - 499 m dari permukaan laut tercatat sebesar 63,18
persen, ketinggian kurang dari 100 m sebesar 31,56 persen, ketinggian antara
500 m-999 m sebesar 4,79 persen dan ketinggian di atas 1000 m sebesar 0,47
persen.[11]
Iklim
Daerah Istimewa Yogyakarta beriklim
tropis dengan curah hujan berkisar
antara 1,88 mm - 39,85 mm per-hari yang dipengaruhi
oleh musim kemarau dan musim hujan. Menurut catatan Stasiun Meteorologi Bandara
Adisucipto, suhu udara ratarata di Yogyakarta tahun 2007 menunjukkan angka
26,93° C lebih tinggi dibandingkan rata-rata suhu udara pada tahun 2006 yang
tercatat sebesar 26,34° C, dengan suhu maksimum 33,8° C dan suhu minimum
21,5°C. Sedangkan kelembaban udara tercatat 49,2 - 95,1 persen, tekanan udara
antara 1.008,5 mb - 1,013,4 mb, dengan arah angin antara 180 derajat - 240
derajat dan kecepatan angin antara 1,3 knot sampai dengan 5,92 knot.[12]
Topografi dan Altitude
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagian
besar wilayahnya terletak antara 100 - 499 m dari permukaan laut, beriklim
tropis dengan curah hujan berkisar antara 0,01 - 100,00 mm yang dipengaruhi
oleh musim kemarau dan musim hujan. Keadaan fisiografis Daerah Istimewa
Yogyakarta terdiri dari: Pegunungan Selatan Luas : ± 1.656,25 km2 Ketinggian :
150 - 700 m, Pegunungan Berapi Merapi, Luas : ± 582,81 km2 Ketinggian : 80 - 2911
m, Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo Luas: ±
215,62 km2, Ketinggian : 0 - 80 m, Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah
Selatan Luas : ± 706,25 km2, Ketinggian : 0 - 572 m.[13]
Administrasi Pemerintahan
Pemerintahan Daerah adalah
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah
bertanggung jawab sebagai eksekutif dan DPRD bertanggung jawab sebagai
legislatif. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dipimpin oleh seorang Gubernur
dengan ibukota propinsi adalah Kota Yogyakrta. Untuk melaksanakan tugasnya,
dalam merumuskan kebijakan penyelengaraan pemerintahan dan pembangunan, serta
pelayanan masyarakat terdapat unsur-unsur pembantu Pimpinan Pemerintah Daerah
yaitu Sekretariat Daerah (Setda), Lembaga Teknis Daerah, dan Dinas Daerah. [14]
Lembaga teknis daerah terdiri dari:
9 Badan ( Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan
Pendidikan dan Pelatihan, Badan Lingkungan Hidup, Badan Kesatuan Bangsa dan
Perlindungan Masyarakat, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Badan Kerjasama
dan Penanaman Modal, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat) dan 3 Kantor,
sedangkan Dinas Daerah sejumlah 13 Dinas. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota dengan 78 kecamatan dan 438 kelurahan /
desa yaitu:
1.
Kabupaten Kulonprogo terdiri dari 12
kecamatan dan 88 kelurahan desa.
2.
Kabupaten Bantul terdiri dari 17
kecamatan dan 75 kelurahan / desa
3.
Kabupaten Gunungkidul terdiri dari
18 kecamatan dan 144 kelurahan /desa
4.
Kabupaten Sleman terdiri dari 17
kecamatan dan 86 kelurahan / desa
Filosofi, Visi, Misi, Pemerintah Provinsi Daeran Istimewa
Yogyakarta
A.
DASAR
FILOSOFI
Filosofi yang mendasari pembangunan
daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Hamemayu Hayuning Bawana,
sebagai cita-cita luhur untuk mewujudkan tata nilai kehidupan masyarakat
Yogyakarta yang berkelanjutan berdasarkan nilai budaya. Hakekat budaya adalah
hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat sebagai sesuatu
yang benar dan bermanfaat. Demikian pula budaya Jawa, yang diyakini oleh
masyarakat DIY sebagai salah satu acuan dalam hidup bermasyarakat, baik ke
dalam maupun ke luar. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat Gemah Ripah Loh Jinawi, Ayom, Ayem, Tata, Titi Tentre,
Kerta Raharja, dengan perkataan lain, budaya\ tersebut akan bermuara
pada kehidupan masyarakat yang penuh dengan kedamaian, baik ke dalam
maupun ke luar. Hamemayu Hayuning Bawana mengandung makna sebagai
kewajiban melindung, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan
lebih mementingkan berkarya untuk masyarakat dari pada memenuhi ambisi
pribadi. Dunia yang dimaksud mencakup seluruh peri kehidupan baik dalam
skala kecil (keluarga), ataupun masyarakat dan lingkungan hidupnya,
dengan mengutamakan darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak
mementingkan diri sendiri.
B.
VISI
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Bertitik tolak dari dasar filosofi,
kondisi dan aspek-aspek yang potensial yang berkembang selama ini serta mempertimbangkan
perkembangan global yang pesat perlu diwujudkan suatu kondisi dinamis
masyarakat yang maju namun tetap menjunjung tinggi nilai-ilai budaya yang
adiluhung. Sehubungan dengan hal tersebut maka visi pembangunan DIY yang akan
dicapai selama dua puluh tahun mendatang adalah Daerah Istimewa Yogyakarta pada
Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di
Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera. Sebagai
pusat pendidikan terkemuka, di masa depan DIY menghasilkan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, berdaya saing tinggi dan berakhlak mulia yang dilandasi pengam alan
agama, yang didukung oleh lembaga pendidikan yang kredibel, berstandar nasional
ataupun internasional. Di samping itu, sebagai pusat pendidikan terkemuka, DIY
beserta lingkungan sosial masyarakatnya merupakan lingkungan yang kondusif dan
nyaman untuk belajar dan menuntut ilmu.
C.
MISI
Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka
ditempuh melalui empat misi pembangunan daerah sebagai berikut:
A.
Mewujudkan pendidikan berkualitas,
berdaya saing, dan akuntabel yang Didukung oleh sumber daya pendidikan yang
handal.
B.
Mewujudkan budaya adiluhung yang
didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil
budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan.
C.
Mewujudkan kepariwisataan yang
kreatif dan inovatif.
D.
Mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi
yang inovatif, berbasis pada Kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat.[15]
Sebaran Pengusaha
Batik di DI Yogyakarta
Sebaran pengusaha batik di wilayah kodya
Yogyakarta sebagnyak 60 pengusaha dan menyerap lebih dari 499 tenaga kerja, di
kabupaten bantul yang tepatnya berada di desa wijirejo dan desa wukirsari
maupun desa murtigading, jumlah pengusaha batik di kabupaten bantul ini pada
tahun 1994 sebanyak 34 perusahaan dan menyerap lebih dari 291 orang. Di
kabupaten kulon progo, industry batik berada di desa hargomulyo, desa kulur dan
desa sidorejo. Jumlah pengusaha batik di kabupaten ini sebanyak 25 pengusaha
dan menyerap tenaga kerja sebanyak 276 orang. Kabupaten gunung kidul terdapat
48 pengusaha yang menyerap lebih dari 60 pengusaha, yang tersebar di desa nitikan,
desa ngalang dan desa mengger. Kabupaten sleman, industry batik berada di desa
nogotirto dan desa mororejo, jumlah pengusaha sebanyak 3 pengusaha dan menyerap
tenaga kerja 8 orang. Kerajinan batik yang dihasilkan oleh para pengusaha batik
Yogyakarta ini bukan hanya corak batik klasik namun juga sudah memproduksi
batik modern.[16]
Berbagai Motif Batik
Klasik Khas Yogyakarta
Nama-Nama
Jenis Batik Klasik Yogyakarta
1.
Motif Parang
Gondosuli,
Parag Baris, Parang Gentong, Parang Curiga, Parang Jenggot, Parang Kembang,
Parang Kima, Parang Klitik, Parang Kurung, Parang Kusuma, Parang Menang, Parang
Ngesti, Parang Pancing, Parang Peni, Parang Rusak, Parang Sarpa, Parang Sawut,
Parang Sobrah, Parang Sonder dan Parang Suli.
2.
Motif Geometri
Bibis Pista,
Bintangan, Cakar Melik, Cakar Wok, Cempaka Mulyo, Gadong Gandok, Gambir Seketi,
Ima-Ima Tatit, Jamblang Juwet, Jayakusuma, Jayasentana, Jentik Manis, Kanigara,
Kawung Beton, Kawung Picis, Kawung Pijetan, Kembang Blimbing, Gembang Ganggong,
Kembang Manggar, Kembang Pepe, Kembang Sikatan, Kijing Miring, Limaran. Limar
Ketanggi, Merang Kecer, Nam Tikar, Nitik Rengganis, Onengan, Pilih Asih,
Ragahina, Riti-Riti, Sekar Kacang, Sewu Riris, Sirapan, Sriwedari, Tambal
Miring, Tirta Teja, Tanjung Tirta, Ubar Abir, Uceng Mudik, Udang Liris.
3.
Motif Banji
Banji, Banji
Bengkok, Banji Guling.
4.
Motif Tumbuhan Menjalar
Anggur
Cangklet, Cokrak-Cakrik, Delima Wantah, Dudo Brengos, Kembang Gempol, Kembang Pudak,
Kembang Semak, Kimo Monad, Lung Bentul, Lung Ece, Lung Gadung, Lung Gedawung,
Lung Ketongkeng, Lung Klwer, Lung Pakis, Lung Peniti, Lung Petik Galaran,
Paleman, Pisang Bali, Regolan, Sawat Suri, Sembagen, Semen Ceplokan, Semen
Gebel, Semen Gurdo, Semen Kasut,Semen Kebon, Semen Kipas, Semen Kukilo, Semen
Kurung, Semen Lombok, Semen Pot, Semen Room, Semen Yogya, Sobrang Gending,
Sumarsana, Tluki.
5.
Motif Tumbuhan Air
Ganggong,
Ganggong Bronta, Ganggong Curiga, Ganggong Garut, Ganggong Jubin, ganggong
kebar, ganggong Lerep, Ganggong Ranti, Ganggong Gari, Ganggong Turki, Ganggong
Wibawa, Ganggong Yojana.
6.
Motif Bunga
Cakrakusuma,
Cempaka Mekar, Ceplok Kelan, Ceplok Kuwari, Ceplok Manggis, Ceplok Mendut,
Ceplok Mundu, Ceplok Onde-Onde, Gandasan, Kembang Jembul, Kembang Kapas Baris,
Kembang Kenikir, Kembang Waru, Lung Slop, Melati Selengkang, Nagasari,
Purbanegara, Puspa Tanjung, Trutum.
7.
Motif Satwa Dari Alam
Alas-Alasan, Ayam
Puger, Baita Kandas, Baris Kundur, Bekingking, Beri, Bondet, Bramara, Buntal,
Geplok Grameh, Ceplok Koci, Ceplok Kusnia, Cuntang, Cuwiri, Dablang, Dara
Gelar, Endas Maling, Girang Campur, Gringsing, Gringsing Klungsu, Gringsing Klusuk,
Gringsing Sisik, Keyongan, Kongkang Sembiyan Kupon, Kupu Gandrung, Lintang Trenggana,
Mirong, Nogo Bisikan, Nogo Pertolo, nogo puspa, pandelegan, Peksi Deres, Peksi
Gagak, Peksi Garuda, Peksi Handon, Peksi Huk, Peksi Kablak, Peksi Kingkin, Peksi
Kirana, Peksi Kurung, Peksi Kuwun, Peksi Mukata, Peksi Sikata, Peksi
Urang-Urangan, Purbayasa, Randa Widada, Semen Candra, Semen Conil, Semen
Jlenggut, Semen Kalung, Semen Persi, Semen Semeng, Semen Sinom, Semen Srowot,
Sido Luhur, Sido Mukti, Singa Barong, Sruni Landak, Supit Urang, Tebeng, Telekun
Angrem, Terang Bulan, Trenggiling Mentik, Tunjung Karobban, Urang-Urangan.[17]
gambar 1.2: motif batik klasik Yogyakarta, motif parang, geometri, banji, tumbuhan menjalar, tumbuhan air, bunga, satwa dalam alam (katalog batik khas Yogyakarta)
Jenis dan
Gambar Batik Khas Yogyakarta
1. Cuwiri
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·
Jenis
produk: semekan/ kemben
·
Kalangan
pemakai: umum
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: Cuwiri = bersifat kecil-kecil pemakaian kelihatan pantas/harmonis
2. Parang tuding
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·
Jenis
produk: semekan/ kemben
·
Kalangan
pemakai: umum
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: parang = batu karang, tuding = ngarani = menunjuk, menunjukkan hal-hal
yang baik dan menimbulkan kebaikan
3. Sido asih kemoda sungging
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: kain primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·
Jenis
produk: semekan/ kemben
·
Kalangan
pemakai: umum
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: sido = jadi, asih = saying, agar disayang setiap orang.
4. Kembang temu latar putih
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: indigo (biru)
·
Kegunaan: bepergian, pesta
·
Jenis
produk: selendang
·
Kalangan
pemakai: umum
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: kembang temu = temuwa, orang yang memakai memiliki sikap dewasa
(temuwa)
5. Tambal kanoman
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: dipakai orang muda, terutama untuk tingalan tahun (ulang tahun)
·
Jenis
produk: kain panjang
·
Kalangan
pemakai: umum pria dan wanita
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: si pemakai kelihatan pantas/ luwes dan banyak rezeki
6. Jawah liris seling sawat gurdo
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: berbusana
·
Jenis
produk: kain panjang
·
Kalangan
pemakai: umum
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: jawah iris = gerimis
7. Prabu anom/ parang tuding
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: mori primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: upacara mitoni
·
Jenis
produk: kain panjang
·
Kalangan
pemakai: menengah ke atas
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: agar si pemakai mencapatkan kedudukan yang baik, awet muda dan
simpatik.
8. Semen room sawat gurdo cantel
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: mitoni di palai pesta
·
Jenis
produk: kain panjang
·
Kalangan
pemakai: menengah ke atas (larangan/ sakral) kalangan kraton/ bangsawan
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: agar selalu mendapatkan berkah dari tuhan
9. Soko rini
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: mitoni, menggendong bayi
·
Jenis
produk: semekan/ kemben
·
Kalangan
pemakai: putri segala kalangan
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
·
Filosofi: soko – orang, rini – senang, pemakaian mendapatkan kesenangan
kukuh dan abadi.
10. Bledak sidoluhur latar putih
·
Buatan/asal: Ny Pawiro Wacono
Jl.
Langenastran kidul no 9 yogyakarta
·
Bahan
baku: primissima
·
Zat
warna: soga
·
Kegunaan: upacara mitoni ( upacara masa 7 bulan bagi penganten putri saat
hamil pertama kali )
·
Jenis
produk: kain panjang
·
Kalangan
pemakai: menengah ke atas
·
Sumber
informasi: Ny. Pawiro Waconi
Gambar 1.3: kiri: cuwiri,
parang tuding, sido asih kemoda sungging, kanan: kembang temu latar
putih, tambal kanoman, jawah liris sawat gurdo. (katalog batik khas
Yogyakarta hlm 6-8)
Gambar 1.4: kiri:
prabu anoman/ parang tuding, semen room sawat gurdo cantel. Soko rini. Kanan:
bledak sidoluhur latar putih, sido mukti luhur, lerek parang centung
(katalog batik khas Yogyakarta hlm 11-13)
Gambar 1.5: kiri: tirta
teja, paran bligo ceplok nitik kembang randu, parang curigo ceplok kepet. Kanan: sido
mukti ukel lembat, sido asih sungut, sido asih (katalog batik khas Yogyakarta
hlm 15-21).
Gambar 1.6: kiri: parang
grompol, truntum sri kencono, wahyu tumurun cantel. Kanan: sidoasih, parang nitik, peksi kurung. (katalog
batik khas Yogyakarta hlm 22-24)
KESIMPULAN
Melestarikan
budaya dan kearifan lokal bukan hanya tugas para pengrajin atau budayawan,
namun kita sebagai generasi anak bangsa haruslah memiliki rasa kepedulian
terhadap budaya bangsa, termasuk apa yang sudah di bahas di dalam makalah ini,
Yogyakarta memberikan banyak informasi mengenai wilayahnya yang masih
mempertahankan eksistensinya sebagai daerah istimewa berbentuk kerajaan, di
tengah tumbuhnya masyarakat demokrasi, dan menyimpan segudang kekayaan khazanah
dalam membatik contonya, yang di tuangkan dengan kreatifitas para pengrajin
batik, Yogyakarta bukanlah daerah yang asing di telinga kita, namun tidak ada
salahnya apabila kita mengkaji kekayaan kerajinan batik yang memiliki nilai
seni yang tinggi, serta kearifan masyarakatnya, yang juga sudah terdengar bukan
hanya di kawasan regional saja, namun sudah tersebar di kancah internasional,
maka dari itu kita wajib mengetahui tentang kerajinan membatik, dengan demikian
kita dapat tahu bahwa kekayaan bangsa Indonesia tidaklah sedikit, namun dengan
segudang kekayaan ini, kita harus melestarikan bersama, dan menjadi tugas semua
kalangan, bukan hanya dari elite bangsawan, namun kalangan masyarakat umum,
yang dengan ini dapat menghidupkan kebudayaan dan kearifan lokal dari membatik
ini,
DAFTAR PUSTAKA
Bakri Gayo, Atlas Indonesia dan dunia, sumber daya alam dan sosial
budaya. Jakarta: CV. Mitra Keluarga, 2008.
Info Umum Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, Sejarah Daerah Istimewa
Yogyakarta PDF
Jogja the real of java, Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta (buku pedoman wisata kota yogyakarta)
Katalog Batik Khas
Yogyakarta, proyek pengembangan industry kecil dan menengah (PIKM) Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah departemen
perindustrian provinsi daerah istimewa yogyakarta PDF,
Tinjauan Ekonomi dan
Keuangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kementerian Keuangan
Republic Indonesia, Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan PDF
33 Privinsi Profil Kehutanan
PDF
[1] 33 privinsi profil kehutanan pdf. Hlm 278
[2] Info umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
sejarah daerah istimewa Yogyakarta pdf. Hlm 1 dan 2.
[3] Info umum Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sejarah daerah istimewa Yogyakarta pdf. Hlm 3
dan 4
[4] Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan industry kecil
dan menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah
departemen perindustrian provinsi daerah istimewa yogyakarta pdf, hlm 2
[5] Jogja the real of java, dinas pariwisata dan kebudayaan kota
Yogyakarta. Hlm 62.
[6] Tinjauan ekonomi
dan keuangan daerah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kementerian Keuangan Republic Indonesia,
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan PDF, selayang pandang hlm 5 dan 6
[8] Bakri Gayo, Atlas
Indonesia dan dunia, sumber daya alam dan sosial budaya. Jakarta: CV. Mitra Keluarga, 2008. Hlm 34-35.
[10] Ibid,hlm 3
[16] Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan Industry kecil
dan Menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kantor Wilayah Departemen
Perindustrian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pdf, hlm 3
[17] Katalog Batik Khas Yogyakarta, Proyek Pengembangan Industry kecil
dan Menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah
Departemen Perindustrian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pdf, hlm 3-5
[18] Katalog Batik Khas Yogyakarta, proyek pengembangan industry kecil
dan menengah (PIKM) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kantor wilayah
departemen perindustrian provinsi daerah istimewa yogyakarta pdf, hlm 7-12
0 komentar:
Posting Komentar