BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kemajuan Ummat Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran
tokoh dan berbagai organisasi Keislaman yang secara aktif melakukan kegiatan
amal usaha yang meliputi, bidang keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan dan lain
sebagainya. Munculnya tokoh dan berbagai organisasi Islam merupakan pendorong
bagi proses transformasi sosial budaya yang signifikan dalam sejarah bangsa
Indonesia.
Muhammadiyah di Indonesia dikenal sebagai organisasi gerakan
sosial keagamaan, kemanusiaan dan pendidikan. Menurut catatan balai penelitian
aliran kerohanian/ keagamaan, sampai pada tahun 1980 muhammadiyah telah
berhasil mendirikan 578 sekolah dasar, 500 sekolah tingkat menengah pertama,
264 sekolah menengah tingkat atas, 43 perguruan tinggi, 9 rumah sakit, 150
balai pengobatan, 83 rumah sakit bersalin. 168 BKIA, 252 Masjid. 131 Mushalla
serta panti asuhan.[1]
Muhammadiyah mengelola amal usahanya sehingga menjadi sedemikian sejak awal
abad ke 20. Sejak didirikannya oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1912,
Muhammadiyah mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini terlihat dari
perkembangan organisasinya sebagai berikut: pada tahun 1912 Muhammadiyah hanya
ada di daerah istimewa Yogyakarta, tahun 1919 memiliki 3 cabang: tahun 1921
berkembang menjadi 7 cabang: tahun 1922 menjadi 15 cabang tahun 1927 menjadi
176 cabang, tahun 1961 berkembang lagi menjadi 524 cabang[2],
dan tercatat tahun 1980 meliputi 247 daerah dengan 2.137 cabang.[3]
Melihat data kuantitatif dan kenyataan sosial yang demikian
saya berpendapat , organisasi Muhammadiyah sangat menarik untuk di bahas di
makalah ini.
B. Pembatasan
Rumusan Masalah
Kami di makalah ini akan lebih mengarah pada pembahasan ‘’perkembangan
pemikiran pembaharu Muhammadiyah dan pengaruh masyarakat terhadap pendidikan
formal muhammadiyah’’ dalam makalah ini saya akan lebih mengarah pada
pendidikan dan pengaruh masyarakat dalam pendidikan Muhammadiyah, yang pada
bahasan utama yaitu mengenai pengaruh pembaharuan terhadap corak pemikiran
masyarakat Indonesia, menurut saya, mengapa mengambil tema khusus pendidikan,
karena dalam pendidikan tersebut corak, pemikiran dan pengetahuan dapat
dibentuk dan dengan lembaga pendidikan bentukan Muhammadiyah yang dengan ini
sebagai organisasi Islam pertama yang mereformasi pendidikan modern pada masa
itu dan pengaruhnya dirasakan hingga sekarang maka saya akan lebih mengarah
pada pendidikan Muhammadiyah yang memberikan banyak kontribusi terhadap kemajuan
intelektual masyarakat Islam di Indonesia.
1. Muhammadiyah
Yang dimaksud dengan Muhammadiyah di makalah ini ialah
organisasi gerakan islam yang didirikan oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1303 Hijriah, atau bertepatan dengan
tanggal 18 November 1912 Masehi. Dalam makalah ini Muhammadiyah akan di
pelajari dari segi perkembangan pemikiran pembaharu Muhammadiyah dalam
pendidikan’’.[4]
2. Perkembangan
pemikiran pembaharuan
Kata perkembangan merupakan istilah yang dalam makalah ini
yang lazim dipergunakan dalam ilmu sejarah. Dalam ilmu sejarah, istilah
perkembangan banyak dikaitkan dengan ‘’gerak sejarah’’ yaitu suatu sub-bahasan
filsafat sejarah yang mempersoalkan adanya gerakan kegiatan manusia sedemikian
rupa sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Biasanya dalam kaitannya itu istilah perkembangan, mempunyai konotasi waktu.
Maksudnya ialah, bahwa perkembangan difahami sebagai istilah yang mengandung
suatu keadaan yang menerangkan tentang suatu rentetan kejadian kronlogis yang
menghubungkan suatu fakta sosial yang satu dengan fakta social yang terjadi
sesudahnya, atau yang terjadi sebelumnya. Kaitan kronologi tersebut
menggambarkan terjadinya hubungan kausal di mana peristiwa yang terdahulu
merupakan causa efficient bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu
sesudahnya.[5]
Istilah perkembangan dalam makalah ini akan dipergunakan untuk menganalisa
jalannya pemikiran pembaharu Muhammadiyah. Berbicara tentang pemikiran
pembaharu Muhammadiyah pada umumnya akan selalu dikaitkan dengan pengertian
tentang modernisme Islam, secara historis pemikiran tentang modernisme Islam
muncul di Timur Tengah untuk mengatasi masalah semakin mundurnya kehidupan Ummat
Islam akibat terjadinya pemjajahan bangsa barat atas negeri-negeri yang
peduduknya beragama Islam.
3. Pendidikan
Muhammadiyah
Pendidikan merupakan amal usaha Muhammadiyah dalam bidang
pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran pembaharu. Hubungan
pengaruh sebagaimana hubungan Antara perkembangan pemikiran pembaharuan dengan
perubahan pendidikan sangat memungkinkan, karena lazimnya pemikiran tentang sesuatu
yang baru, secara relatif akan menimbulkan kekuatan-kekuatan yang dapat
menimbulkan perubahan-perubahan. Professor Selo Soemardjan dalam
penelitiannyadi Yogyakarta 1962 membuktikan pendapat tersebut.[6]
Menurut Selo Soemarjan, selagi pembaharuan-pembaharuan melakukan
tindakan-tindakannya ia sendiri berpengaruh oleh tekanan sosial yang menyertai
proses perubahan awal, dan sering kali menimbulkan perubahan pada
lembaga-lembaga sosial lainnya. Keagamaan, ekonomi dan pendidikan masyarakat.
Satu sama lain akan mempengaruhi terjadinya perubahan pada bidang lainnya.[7]
Saya berpendapat bahawa pada dasarnya bidang pendidikan merupakan suatu saluran
perubahan ( avenue of channel of change ) pemikiran pembaharu
Muhammadiyah. Mengingat luasnya ruang lingkup bidang pendidikan pembahasan
tentang pendidikan itu sendiri perlu lebih dipersempit. Secara umum pada ada
kesempatan di antara para ahli pendidikan bahwa cara pelakanaan pendidikan
dibedakan atas pendidikan informal, pendidikan non formal dan pendidikan
formal.[8]
Berdasarkan pembedaan jenis pendidikan di atas maka salam makalah ini yang
dimaksud dengan pendidikan ialah pendidikan formal.
C. Tujuan
Penulisan
Memahami perkembangan pemikiran pembaharu Muhammadiyah dan
pengarunya terhadap pendidikan kemasyarakatan. Tujuan tersebut yaitu adalah:
untuk menemukan fakta baru dan menguji fakta lama tentang pemikiran pembaharuan
dalam Muhammadiyah dan pengaruhnya terhadap bidang pendidikan. Serta memberikan
gambaran mengenai pengaruh masyarakat terhadap corak pendidikan Muhammadiyah
yang banyak memberikan dampak dan peran yang positif dalam memajukan pemikiran
masyarakat islam di Indonesia.
D. Manfaat
Penulisan
Dari penulisan makalah ini, menjadi inspirasi bagi lembaga
pendidikan di Indonesia, agar terus berinovasi dan memajukan pendidikan, yang
sebagaimana sudah di terapkan oleh Muhammadiyah, dan terbukti sejak awal
berdiri hingga kini, kemajuan pendidikan yang di raih oleh Muhammadiyah sangat
membanggakan dunia pendidikan di Indonesia.
E. Metodologi
Penulisan
Perkembangan
pemikiran pembaharuan Muhammadiyah sebagai meliputi: pertama, perkembangan
pemikiran Muhammadiyah merupakan dialog organisasi tersebut dengan kenyataan sosial
yang berbeda di lingkungan yang mendorong Muhammadiyah untuk selalu
memperbaharui pemikirannya yang pembaharuan pemikirannyaselalu dengan dikaitkan
dengan keyakinannya tentang usaha pemurnian islam dengan bersumber langsung
pada Al-Qur’an dan Sunnah, pemikiran pembaharu Muhammadiyah selalu diusahakan
untuk merealisasikan ,melalui tindakan-tindakan yang terlembaga dalam
masyarakat. Dalam pendidikan dapat di lihat dari, Muhammadiyah selalu berusaha
untuk memperbaharui perumusan dan pemahaman tentang missi dan tujuan pendidikan
yang diselenggarakan Muhammadiyah sesuai dengan pemahaman ideologi pembaharuan
itu sendiri. Usaha perubahan tersebut juga dituntut oleh desakan pendidikan
dengan tuntutan perubahan zaman, terutama sekali dengan kaitannya dengan
penerapan teknologi dalam bidang pendidikan.
F. Sistematika
Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung
pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana
yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan tentang awal terbentuknya
Muhammadiyah, pembahasan pembaharuan Muhammadiyah dan pemikiran pembaharu
Muhammadiyah dalam pendidikan.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini
sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH SINGKAT BERDIRI DAN TUJUAN MUHAMMADIYAH
Gerakan Muhammadiyah didirikan oleh
K.H Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah
bertepatan dengan tanggal 18 november 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta.
Muhammadiyah dikenal sebagai organisasiyang telah menghembuskan jiwa pembaruan
pemikiran Islam di Indonesia dan bergerak dalam bidak keagamaan, pendidikan,
sosial budaya yang menjurus pada tercapainya kebahagiaan lahir dan batin.
Tujuan pokoknya ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Dinul Islam sehingga
terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.[9]
Muhammadiyah memiliki tujuan-tujuan organisasi yaitu:
1. Rumusan
pertama terjadi pada waktu permulaan berdirinya Muhammadiyah dalam rumusan ini,
Muhammadiyah berdiri mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut.
A.
Menyebarkan pengajaran
Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kepada penduduk bumi putera, di dalam Residen
Yogyakarta.
B.
Memajukan hal
Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
2. Rumusan ke
dua terjadi setelah Muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta.
Yaitu ‘’memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di
Hindia Belanda dan memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama
islam kepada sekutu-sekutunya’’.
3. Rumusan ke
tiga pada masa pendudukan Jepang 1942-1945. Yaitu, ‘’hendak menyiarkan Agama
Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya, hendak melakukan
pekerjaan kebaikan umum dan memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi
pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya’’.
4. Rumusan ke
empat saat Mukhtamar muhamamdiyah ke 31 di Yogyakarta tahun 1950, yang berisi
‘’ menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga dapat mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya’’.
5. Rumusan ke
lima diubah saat Mukhtamar ke 34 di Yogyakarta tahun 1959 yaitu ‘’menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya’’.
6. Rumusan ke
enam saat Mukhtamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta tahun 1985, adanya
perubahan azas islam ke asas pancasila, sesuai dengan undang-undang nomor 8
tahun 1995 tentang kewajiban ormas, baik agama maupun non agama untuk mencantum
azaz pancasila, adapun rumusan tujuan Muhammadiyah yaitu adalah, ‘’menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridhai oleh Alloh SWT’’.
7. Rumusan ke
tujuh saat mukhtamar Muhammadiyah yang ke 44 di Jakarta pada tahun 2000. Yang
berbunyi Muhammadiyah adalah gerakan islam, dakwah amar makruf nahi munkar,
berasaskan oslam yang bersumber pada al-qur’an dan al-sunnah. Perubahan ini
disebabkan oleh UU nomor 8 tahun 1985 dicabut oleh MPR RI dan ormas
diperbolehkan untuk memilih asasnya sesuai dengan yang dikehendaki dengan
catatan tidak bertentangan dengan dasr Negara. Muhammadiyah saat ini memiliki
tujuan yang sama persis dengan hasil mukhtamar ke 34 di Yogyakarta yaitu. ‘’menegakkan
dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat islam yang
sebenar-benarnya’’. [10]
PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARU
MUHAMMADIYAH DI BIDANG PENDIDIKAN
A.
PEMBAHARU
PENDIDIKAN.
Gagasan pembaharu pendidikan itu
erat kaitannya dengan gagasan pembaharu Muhammadiyah yang lahir dari persoalan
adanya kenyataan tentang problimatika pendidikan di kalangan orang pribumi,
yaitu terjadinya keterbelakangan pendidikan yang akut karena adanya dualism
model pendidikan yang masing-masing memiliki akar dan kepribadian yang saling
bertolak belakang. Di satu pihak pendidikan pendidikan islam yang berpusat di
pesantren mengalami kemunduran karena terisolasi dan perkembangan pengerahuan
masyarakat modern, di pihak lain sekolah model barat bersifat sekuler dan
nasional mengancam kehidupan batin para pemuda pribumi karena di jauhkan dari
agama dan budaya negerinya. Hal inilah yang membuat K.H. Ahmad Dahlan berusaha
untuk melakukan reformulasi gagasan tentang pendidikan dan melakukan
reformulasi teknik dalam pendidikan di masa itu.[11]
1. Reformulasi gagasan dalam bidang pendidikan
Keinginan K.H. Ahmad Dahlan dalam pendidikan bermula
selama mengajar di pondoknya setelah kepulangannya dari Makkah pada tahun 1905.
Dan berdirinya Muhammadiyah ini gagasan K.H Ahmad Dahlan tentang pembaharuan
dalam bidang pendidikan, didorong oleh agama. Sebagaimana kita ketahui ayat
al-qur’an yang pertama kali diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad dimulai
dengan kata ‘’iqra’’, yang artinya ‘’bacalah’’. Kata ini mempunyai makna
bahawa orang harus pandai membaca dan menulis, dan mempunyai artian dasar
bahawa untuk dapat merealisasikan terutama dalam kegiatan belajar. Hal ini
diperluat dengan hadist nabi tentang ilmu pengetahuan yang umumnya manyatakan
bahawa mancari ilmu itu merupakan kewajiban setiap Muslim sejak lahir hingga
liang lahat, dengan istilah long life education. Dan orang Islam
menjelajahi bumi untuk dapat mengambil pelajaran tentang kehidupan. Bahkan dikatakan
dalam sebuah Hadist Nabi; ‘’ carilah ilmu sampai ke negeri China sekalipun.
[12]
Dari sudut pandang keagamaan itu maka Muhammadiyah pada dasarnya adalah untuk
pendidikan keagamaan dan memperbaiki kehidupan beragama para anggota organisasi
tersebut. Tujuan kependidikan organisasi muhamamdiyah yang dipetik dari gagasan
asli K.H. Ahmad Dahlan adalah:
a. Pendidikan
moral, akhlak, yaitu sebagai usaha menamankan karakter manusia yang baik
berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
b. Pendidikan
individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh,
yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, Antara kayakinan
dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran, serta antara dunia dan
akhirat.
c. Pendidikan
kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan
hidup masyarakat.[13]
2. Reformulasi Teknik Penyelenggaraan Pendidikan
A. Sekolah Umum
Sekolah pertama yang didirikan oleh
Muhammadiyah ialah sekolah yang dirintis oleh K.H.Ahmad Dahlan. Pada tahun 1911
di kauman Yogyakarta. Sekolah ini mempunyai murid laki-laki dan perempuan
sekaligus (co-education) yang diajar menggunakanpapantulis dan kapur.
Bangku-bangku serta alat peraga. Sekolah ini merupakan sekolah tingkat dasar
yang berawal dari sebuah pengajian. Pelaksanaan penyelenggara pendidikan seperti
di kalangan pribumi jawa adalah yang pertama kalinya. Yang berusaha untuk
menggabungkan sistem pengajaran pesantren dengan barat. Dalam pengajaran itu
diajarkan juga keagamaan, ilmu umum dan dengan menggunakan metode barat.
Sebagai perluasan dari sekolah itu, maka kemudian Muhammadiyah mendirikan standard
school di suronatan. Yang pada akhirnya sekolah di kauman di peruntukan
untuk anak putri sedangkan di suronatan khusus untuk anak putra. Kemudian
Muhammadiyah mengembangkan sekolah dasar di daerah Yogyakarta, seperti di
karangkajen, buasasran, ngadiwitan dan tempat-tenpat lain di Yogyakarta.
Disamping mendirikan sekolah-sekolah, Muhammadiyah memajukan
sekolah-sekolah model sekolah pemerintah kolonial. Sekolah tersebut berupa
kweeksschool Muhammadiyah ( Hollansch
Inlandsch Kweeksschool Muhammadiyah ) di jetis Yogyakarta, dan di MOSVIA
Magelang, diajarkan pendidikan agama secara kokutikuler. [14]
Kemudian muhamamdiyah memajukan sekolah-sekolah model sekolah pemerintah
kolonial. Sekolah tersebut berupa kweeksschool muhamamdiyah (Hollansch
Inlandsch Kweeksschool Muhammadiyah) yang didirikan pada tahun 1923,
kemudian taman kanak-kanak mustanul afthal yang didirikan pada tahun 1926, dan
pada tahun itu juga didirikan Holladsch Inlandsche School (HIS) met de
qur’an (kemudian diganti dengan nama HIS Muhammadiyah) di Jakarta dan di kudus.
Kemudian diikuti MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). HIK
Muhammadiyah (Hollndsch Inlandsche Kweekschool) dan Schakel School
Muhamamdiyah. Di sekolah-sekolah ini diterapkan pelajaran sistem barat,
akan tetapi di dalam kurikulimnya diajarkan pendidikan agama, dengan
perbandingan sekitar 10-15 persen untuk pendidikan agama dibandingkan dengan
keseluruhan kurikulum. Namun bersamaan dengan hal itu didirikan kursus
keagamaan secara khusus sebagai keseimbangannya, seperti mubalighin, Wusta, Muallimin
Zuama dan Zaimat. Dengan demikian maka muhamamdiyah telah mempelopori
penyelenggaraan pendidikan umum sesuai dengan keperluan jawa dan Indonesia.
Sekolah muhmmadiyah yang pertama kali didirikan untuk tingkat menengah yang
banyak mendapat bantuan para intelektual nasional secara umum adalah AMS Muhamamdiyah
(Algameene Middelbare School). [15]
B.
Madrasah
Muhammadiyah
Sistem
madrasah yang pertama kali dikembangkan oleh Muhammadiyah ialah sekolah
menengah yang dinamai al-qismul arqam pada tahun 1918. Bentuk sekolah ini ialah
sebuah madrasah sederhana di kauman Yogyakarta. Madrasah ini pada tahun 1920
diubah menjadi sebuah pondok yang dinamai pondok Muhammadiyah. Akan tetapi
karena adanya kebutuhan akan guru yang dirasakan sangat mendesak, maka akhirnya
pondok Muhammadiyah diubah menjadi sekolah guru (Kweekschool) untuk
mendidik para guru sekolah dasar. Model sekolah madrasah yang dikembangkan oleh
Muhamamdiyah ini, pada awalnya merupakan masa peralihan model pendidikan
pesantren dengan model perpaduan pesantren-barat, mengalami masa uji coba dan
secara terperinci perbedaanya dengan pesantren diterangkan oleh Amir Hamzah Wiryosukarto
sebagai berikut:
1.
Cara belajar mengajar di pesantren
dipakai cara belajar dengan sistem weton dan sorogan, tetapi di madrasah Muhammadiyah
dilakukan dengan sistem klasikal dengan memakai cata-cara barat.
2.
Bahan pelajaran: di pesantren mata
pelajaran diambilkan dengan kitab-kitab agama, di madrasah diajarkan
pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Dipergunakan pula kitab-kitab, baik dari
ulama konservatif maupun para ulama pembaharu.
3.
Rencana pembelajaran: di pesantren
rencana pembelajaran yang di teratur dan integral belum dimiliki sedangkan di
madrasah Muhammadiyah diatur dengan rencana yang teratur sehingga lebih
efisien.
4.
Hubungan guru dan murid: di
pesantren hubungan ini bersifat otoriter, sedangkan di madrasah Muhammadiyah
didasarkan atas hubungan akrab.[16]
C.
Pendidikan
Model Pesantren
Dalam perkembangannya Muhammadiyah kurang memperhatikan pendidikan yang
bercorak pesantren, sehingga setelah zaman kemerdekaan muhamamdiyah kurang
memiliki basis pendidikan itu. Sampai dengan lahirnya pemerintah orde baru 1966
pun hal itu masih kurang mendapatkan perhatian, sebab perhatian orang masih
masih terfokus pada persoalan politik dan kenegaraan. Disamping dibarengi
kenyataan masih banyaknya tokoh tua Muhammadiyah yang berperan serta aktif,
sehingga Muhammadiyah masih merasakan kokohnya perpaduan antara intelek-ulama
dan ulama-intelek. Akan tetapi setelah memasuki tahun 1970-an tatkala banyak di
antara para pemimpin yang berkualifikasi demikian telah meninggal dunia, maka
para pemimpin Muhammadiyah mulai merasakan semakin mendesaknya kebutuhan
Muhammadiyah akan kader yang memiliki kualifikasi intelek-ulama dan
ulama-intelek. Dalam suati diskusi panel pimpinan pusat ikatan pelajar
Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 18 April 1982 hal ini dibahas secara
secara tuntas oleh Ir. HM Basit Wahid, Dr. Kuntowidjojo dan Dr. Sarino
Mangunpranoto serta Dr. Amien Rais dan Drs Chabieb Chirzien. Dalam forum itu
dilontarkan kritik-kritik dan pemecahan alternativ bagi perkembangan pendidikan
Muhammadiyah di waktu yang akan datang.[17]
Menurut laporan pimpinan pusat muhamamdiyah dalam mukhtamarnya ke 45
tahun 2005 di Malang Jawa Timur, lembaga pendidikan Muhammadiyah terdistribusi
sebagai berikut:[18]
NO
|
Tingkat Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
Taman Kanak Kanak
|
4.218
|
2
|
Taman Kanak Kanak Al-Quran
|
933
|
3
|
Sekolah Dasar
|
1.128
|
4
|
Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah
|
1.768
|
5
|
Sekolah Menengah Pertama
|
1.179
|
6
|
Sekolah Menengah Umum
|
541
|
7
|
Sekolah Menengah Kejuruan
|
249
|
8
|
Madrasah Ibtidaiyah
|
534
|
9
|
Madrasah Aliyah
|
171
|
10
|
Pondok Pesantren
|
79
|
11
|
Universitas/Perguruan Tinggi
|
109
|
12
|
Akademik Politeknik
|
78
|
Tabel 1: Daftar sekolah Muhammadiyah dalam Mukhtamar
yang ke 45 di Malang Jawa Timur
Kembali lagi Pada tahun 1932
muhammadiyah sudah memliki lebih dari 316 sekolah di wilayah jawa dan Madura,
dikategorikan dibawah sistem sekolah yang berdasarkan sekolah barat, 88 sekolah
yang berlandaskan sekolah Islam, dan 21 sekolah lain-lain. Sejak 1932 terdapat
50 HIS ( hollandsch inlandsche school ), 4
MULO/HIK ( Meer Uitgebreid Lager Ondewijs/ hollandsch Inlandsche Kwekschool
) dan 4 Kweksschool, sedangkan pada tahun lalu, yaitu tahun 1927
muhammadiyah memiliki sekolah HIS ( Hollandsch Inlandsche School )
sebanyak 25 dan pertumbuhan itu cepat dilihat pada tahun 1932 yaitu 50 sekolah,
pertumbuhan ini cukup cepat 2 kali lipat. Namun sekolah muhmmadiyah saat itu
masih kalah dengan sekolah Kristen di tahun 1927, yang lebih besar 319 HIS
masyarakat/sekolah umum, sedangkan yang dimiliki Muhammadiyah hanya 25 HIS
Muhammadiyah.[19]
Di Minangkabau pada tahun yang sama baru memiliki 3 HIS Muhammadiyah di tambah
5 Sekolah Barat namun masih kurangnya tenaga pengajar yang professional.
Terdapat sekolah Thawalib Sumatera dan Madrasah Diniyah yang pada saat itu
lebih baik tenaga pengajarnya, sekolah Thawalib Sumatera dan Madrasah Diniyah
mereka bergabung dengan Muhammadiyah di Sumatera Barat dan dari bergabungnya 2
lembaga pendidikan tersebut yang mengantarkan kemajuan dalam tenaga pengajar di
Muhammadiyah di Minangkabau. [20]
3. Pengaruh
Masyarakat Terhadap Gerakan Pembaharu Pendidikan Muhammadiyah
Dunia
pendidikan di masa hindia belanda terdapat 2 cabang sekolah, yaitu sekolah
belanda yang mengajarkan pendidikan barat dan sekolah pesantren yang
mengajarkan keislaman. Sekolah belanda lebih mengutamakan anak didik dari
kalangan bangsawan dan priyayi, sedangkan dari kalangan anak-anak petani dan
golongan orang-orang biasa tidak menjadi prioritas pemerintah hindia belanda
untuk menyekolahkan mereka. Dalam mengintegrasikan kedua system pendidikan Belanda
dan pesantren. K.H Ahmad Dahlan melakukan tindakan sekaligus untuk memadukan antara
sekolah Islam dan sekilah umum. Beliau membangun sekolah Muhammadiyah yang
ditinjau dari kurikulum dipadukan dengan pelajaran keagamaan dan pelajaran umum.
Sekolah Muhammadiyah lebih terbuka kepada semua kalangan pribumi, maka dari itu
tidak mengherankan sebahagian dari masyarakat banyak yang menyambut dengan
baik, termasuk penguasa Yogyakarta pada saat itu. Adanya dukungan dari sultan
dan sebahagiaan dari masyarakat, untuk meneruskan dan memajukan pendidikan yang
dirintis oleh Muhammadiyah, untuk memberikan peluang besar kepada siswa pribumi
yang dalam kesempatan ini tidak dapat melakukan pendidikan di sekolah umum Belanda.
Cara
pandang pendidikan Muhammadiyah yang berhaluan antara perpaduan Keislaman dan
kemoderenen, yang menyelaraskan pendidikan Islam dan modern. Yang hal ini
berdampak sangat luas kepada peserta didik dan masyarakat pada umumnya, corak
pemikiran masyarakat yg tradisional mulai berangsur-angsur adanya secercah
pembaharuan dari masyarakat pribumi dari pendidikan Muhammadiyah ini. Dengan pembatasan
sekolah umum Belanda hal ini tidak menyurutkan semangat sebagian kalangan
masyarakat untuk tetap sekolah di lembaga pendidikan Muhammadiyah, yang membawa
faham tidak jauh berbeda dengan sekilah umum Belanda pada masa itu, maka dari
itu dapat diselaraskan dan disejajarkan dengan sekolah umum dan sekolah islam
modern. Terdapat sedikit permasalahan di kala itu ditinjau dari kultur
masyarakat yang pada dasarnya memiliki kebiasaan bertani dan memenuhi kebutuhan
rumah tangga, tidak hanya orang tua namun juga anak-anak pun terlibat dalam hal
ini, maka menjadi tugas pekerjaan rumah yang cukup besar dalam memberikan
pengertian bahawa pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka di balik arus
menajuan zaman, sedangkan Muhammadiyah adalah satu-satunya yang memberikan
wadah aspirasi pendidikan Islam modern di masa itu, maka Muhammadiyah tidak
membuang kesempatan ini, peluang untuk mengajak masyarakat untuk sekolah
dikalangan pribumi masih besar, walaupun masih adanya kendala dari masyarakat
yang tidak terbiasa untuk meluangkan waktu untuk bersekolah. Muhammadiyah terus
berkembang hingga pelosok Indonesia dari zaman ke zaman, masyarakat yang
sebelumnya sedikit meragukan Muhammadiyah karena adanya ketidak sefahaman
masyarakat terhadap pemikiran muhmmadiya, dengan majunya perkembangan zaman dan
majunya cara berfikir masyarakat, mulailah masa-masa modern di abad 20 dan 21
ini Muhammadiyah mulai melebarkan sayapnya dari mulai kota hingga ke pelosok
pedesaan di Indonesia.
Masyarakat
apabila dengan system pendidikan Islam ini akan mengantarkan pada pemikiran
yang tersetting dengan mudah untuk meletakkan dasar-dasar intelektualitas
masyarakat pribumi, dengan lembaga pendidikan keilmuan itu dengan mudah
tersalurkan dalam pemikiran sang murid, hal ini akan terbentuknya masyarakat
yang tersusun dari amsyarakat yang tradisional menuju masyarakat yang madani
atau modern.
KESIMPULAN
Dapat saya
simpulkan bahawa pendidikan Muhammadiyah ini memiliki banyak pengaruh yang
sangat besar terhadap system pendidikan nasional dari dulu lahir hingga masa
kini, terutama dalam memajukan pola befikir masyarakat dari berbagai kalangan
untuk berfikirIslam yang modern. Muhammadiyah dalam pendidikan memiliki
dasar-dasar filosofis yang sesuai dengan prinsip pendidikan di Indonesia,
seperti berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta system social
ekonomi dan politiknya bersifat tebuka (OPEN) terhadap segala pengalaman
yang baik yang tentunya keterbukaan itu masih dalam koridor yang terarah dengan
menjunjung nilai-nilai keislaman yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Muhammadiyah bersifat Universal dengan standar keilmuan dan lain-lain.
Muhammadiyah
mempunyai tujuan pendidikan yang berpengaruh besar dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa Indonesia, namun sangat kita sayangkan apabila sistem pendidikan
Muhammadiyah yang kokoh ini ditinggalkan oleh masyarakatnya itu sendiri, dan
hal ini harapan kami agar tidak terjadi, oleh sebab itu Pendidikan Nasional
perlu dalam mengembangkan kembali ide-ide dasar pendidikan Muhammadiyah yang
sudah teruji sejak 1 abad yang lalu, sebagai pengembangan mitra keimanan,
ketaqwaan yang tercermin dalam relijiuitas serta akhlak manusia melalui pendidikan
seperti yang telah diterapkan dahulu dalam pendidikan era Muhammadiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, 1989.’’ Muhammadiyah The Political
Behaviour of A Muslim ModernistOrganization
Under Duck Colonialism.’’ Yogyakarta: gadjah mada university perss.
Arifin, MT. 1985. ‘’ Gagasan Pembaharu
Muhammadiyah, Surakarta: Pustaka Jaya.
Balai, penelitian. 1980. Aliran
kerohanian/keagamaan, Semarang.
Comb, H, Philip & Ahmed, Mansoor. 1984. ‘’Attacing
rural poverty, how nonformal education, can help’’, (Terj) YIIS, ‘’Memerangi
Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Non Formal’’, Jakarta: Rajawali.
Gottchalk, Louis. 1975. ‘’ Understanding
History A Primary History Method (Terj), Nugroho, notosusanto’’, Mengeri
Sejarah, Jakarta: UI Press.
Hadi, kusumo, H, Djarnawi. (Tanpa Tahun). ‘’Aliran
Pembaharu Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.Ahmad Dahlan’’,
Yogyakarta: persatuan.
Salam, Solichin, 1965. ‘’ Muhammadiyah dan
Kebangunan Islam di Indonesia’’, Jakarta: NV. Mega.
Shobron, Sudarso, 1995. ‘’ Studi
Kemuhammadiyah’’, Surakarta: LIPID (Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar).
Soemardjan, Selo, 1981. ‘’ social change in
Yogyakarta, (Terj), H.J. Koesoemanto dan Mochtar Pabottinggi, ‘’
Perubahan Sosial di Yogyakarta’’, yogyakarta: Gajah Mada University press.
[1] Balai penelitian aliran kerohanian/keagamaan, semarang, 1980, hal.
1 dan seterusnya.
[2] H. Djarnawi Hadikusumo,
Aliran pembaharu islam dari Jamaluddin Al-Afghani sampai K.H.Ahmad Dahlan,
persatuan, Yogyakarta, (tanpa tahun) hal. 77-78.
[4] Sudarso Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, LPID (lembaga
pengembangan ilmu-ilmu dasar). Surakarta 1995, hal. 26.
[5] Louis gottchalk, Understanding
History: A Primary historical method. (terj), Nugroho Notosusanto, mengerti
sejarah, UI, Press, Jakarta. 1975, hal 165.
[6] Selo Soemardjan, social
change in jogyakarta, (terj), HJ Koesoemanto dan mochtar pabottinggi,
perubahan sosial di Yogyakarta, Gajah Mada University press, Yogyakarta, 1981.
[8] Philip H.Comb &
Mansoor Ahmed, Attacking rural poverty, how nonformal education can help,
(terj) YIIS, memerangi kemiskinan di pedesaan melalui pendidikan nonformal,
Rajawali, jakarta. 1984, hal. 8-10.
[9] Sudarso Shobron,
Studi Kemuhammadiyahan, LPID (lembaga pengembangan ilmu-ilmu dasar).
Surakarta 1995, hal. 26.
[11] MT Arifin. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Pustaka Jaya.
Surakarta: 1985. Hlm 204.
[14] Solichin salam,
muhamamdijah dan kebangunan islam di Indonesia, NV Mega, Jakarta, 1965, hlm.
97.
[15] MT Arifin. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Pustaka Jaya.
Surakarta: 1985. Hlm 218.
[18] Sudarso Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, LPID (lembaga pengembangan
ilmu-ilmu dasar). Surakarta 1995, hal. 154.
[19] Alfian, Muhammadiyah the Political Behaviour of a Muslim Modernist
Organization Under Ducth Colonialism, Gadjah Mada university Perss, Yogyakarta,
1989. Hal 188-191.
[20] Ibid., hlm 250-251.
0 komentar:
Posting Komentar