Rabu, 04 Juni 2014

PENGARUH PEMBAHARU TERHADAP CORAK PEMIKIRAN MASYARAKAT ISLAM INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kemajuan Ummat Islam di Indonesia tidak terlepas dari peran tokoh dan berbagai organisasi Keislaman yang secara aktif melakukan kegiatan amal usaha yang meliputi, bidang keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan dan lain sebagainya. Munculnya tokoh dan berbagai organisasi Islam merupakan pendorong bagi proses transformasi sosial budaya yang signifikan dalam sejarah bangsa Indonesia.

Muhammadiyah di Indonesia dikenal sebagai organisasi gerakan sosial keagamaan, kemanusiaan dan pendidikan. Menurut catatan balai penelitian aliran kerohanian/ keagamaan, sampai pada tahun 1980 muhammadiyah telah berhasil mendirikan 578 sekolah dasar, 500 sekolah tingkat menengah pertama, 264 sekolah menengah tingkat atas, 43 perguruan tinggi, 9 rumah sakit, 150 balai pengobatan, 83 rumah sakit bersalin. 168 BKIA, 252 Masjid. 131 Mushalla serta panti asuhan.[1] Muhammadiyah mengelola amal usahanya sehingga menjadi sedemikian sejak awal abad ke 20. Sejak didirikannya oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan pada tahun 1912, Muhammadiyah mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini terlihat dari perkembangan organisasinya sebagai berikut: pada tahun 1912 Muhammadiyah hanya ada di daerah istimewa Yogyakarta, tahun 1919 memiliki 3 cabang: tahun 1921 berkembang menjadi 7 cabang: tahun 1922 menjadi 15 cabang tahun 1927 menjadi 176 cabang, tahun 1961 berkembang lagi menjadi 524 cabang[2], dan tercatat tahun 1980 meliputi 247 daerah dengan 2.137 cabang.[3]
Melihat data kuantitatif dan kenyataan sosial yang demikian saya berpendapat , organisasi Muhammadiyah sangat menarik untuk di bahas di makalah ini.

B.     Pembatasan Rumusan Masalah
Kami di makalah ini akan lebih mengarah pada pembahasan ‘’perkembangan pemikiran pembaharu Muhammadiyah dan pengaruh masyarakat terhadap pendidikan formal muhammadiyah’’ dalam makalah ini saya akan lebih mengarah pada pendidikan dan pengaruh masyarakat dalam pendidikan Muhammadiyah, yang pada bahasan utama yaitu mengenai pengaruh pembaharuan terhadap corak pemikiran masyarakat Indonesia, menurut saya, mengapa mengambil tema khusus pendidikan, karena dalam pendidikan tersebut corak, pemikiran dan pengetahuan dapat dibentuk dan dengan lembaga pendidikan bentukan Muhammadiyah yang dengan ini sebagai organisasi Islam pertama yang mereformasi pendidikan modern pada masa itu dan pengaruhnya dirasakan hingga sekarang maka saya akan lebih mengarah pada pendidikan Muhammadiyah yang memberikan banyak kontribusi terhadap kemajuan intelektual masyarakat Islam di Indonesia.
1.      Muhammadiyah
Yang dimaksud dengan Muhammadiyah di makalah ini ialah organisasi gerakan islam yang didirikan oleh Kiyai Haji Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1303 Hijriah, atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 Masehi. Dalam makalah ini Muhammadiyah akan di pelajari dari segi perkembangan pemikiran pembaharu Muhammadiyah dalam pendidikan’’.[4]
2.      Perkembangan pemikiran pembaharuan
Kata perkembangan merupakan istilah yang dalam makalah ini yang lazim dipergunakan dalam ilmu sejarah. Dalam ilmu sejarah, istilah perkembangan banyak dikaitkan dengan ‘’gerak sejarah’’ yaitu suatu sub-bahasan filsafat sejarah yang mempersoalkan adanya gerakan kegiatan manusia sedemikian rupa sehingga akan menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Biasanya dalam kaitannya itu istilah perkembangan, mempunyai konotasi waktu. Maksudnya ialah, bahwa perkembangan difahami sebagai istilah yang mengandung suatu keadaan yang menerangkan tentang suatu rentetan kejadian kronlogis yang menghubungkan suatu fakta sosial yang satu dengan fakta social yang terjadi sesudahnya, atau yang terjadi sebelumnya. Kaitan kronologi tersebut menggambarkan terjadinya hubungan kausal di mana peristiwa yang terdahulu merupakan causa efficient bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu sesudahnya.[5] Istilah perkembangan dalam makalah ini akan dipergunakan untuk menganalisa jalannya pemikiran pembaharu Muhammadiyah. Berbicara tentang pemikiran pembaharu Muhammadiyah pada umumnya akan selalu dikaitkan dengan pengertian tentang modernisme Islam, secara historis pemikiran tentang modernisme Islam muncul di Timur Tengah untuk mengatasi masalah semakin mundurnya kehidupan Ummat Islam akibat terjadinya pemjajahan bangsa barat atas negeri-negeri yang peduduknya beragama Islam.


3.      Pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan merupakan amal usaha Muhammadiyah dalam bidang pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran pembaharu. Hubungan pengaruh sebagaimana hubungan Antara perkembangan pemikiran pembaharuan dengan perubahan pendidikan sangat memungkinkan, karena lazimnya pemikiran tentang sesuatu yang baru, secara relatif akan menimbulkan kekuatan-kekuatan yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan. Professor Selo Soemardjan dalam penelitiannyadi Yogyakarta 1962 membuktikan pendapat tersebut.[6] Menurut Selo Soemarjan, selagi pembaharuan-pembaharuan melakukan tindakan-tindakannya ia sendiri berpengaruh oleh tekanan sosial yang menyertai proses perubahan awal, dan sering kali menimbulkan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Keagamaan, ekonomi dan pendidikan masyarakat. Satu sama lain akan mempengaruhi terjadinya perubahan pada bidang lainnya.[7] Saya berpendapat bahawa pada dasarnya bidang pendidikan merupakan suatu saluran perubahan ( avenue of channel of change ) pemikiran pembaharu Muhammadiyah. Mengingat luasnya ruang lingkup bidang pendidikan pembahasan tentang pendidikan itu sendiri perlu lebih dipersempit. Secara umum pada ada kesempatan di antara para ahli pendidikan bahwa cara pelakanaan pendidikan dibedakan atas pendidikan informal, pendidikan non formal dan pendidikan formal.[8] Berdasarkan pembedaan jenis pendidikan di atas maka salam makalah ini yang dimaksud dengan pendidikan ialah pendidikan formal.
C.    Tujuan Penulisan
Memahami perkembangan pemikiran pembaharu Muhammadiyah dan pengarunya terhadap pendidikan kemasyarakatan. Tujuan tersebut yaitu adalah: untuk menemukan fakta baru dan menguji fakta lama tentang pemikiran pembaharuan dalam Muhammadiyah dan pengaruhnya terhadap bidang pendidikan. Serta memberikan gambaran mengenai pengaruh masyarakat terhadap corak pendidikan Muhammadiyah yang banyak memberikan dampak dan peran yang positif dalam memajukan pemikiran masyarakat islam di Indonesia.
D.    Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini, menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan di Indonesia, agar terus berinovasi dan memajukan pendidikan, yang sebagaimana sudah di terapkan oleh Muhammadiyah, dan terbukti sejak awal berdiri hingga kini, kemajuan pendidikan yang di raih oleh Muhammadiyah sangat membanggakan dunia pendidikan di Indonesia.
E.     Metodologi Penulisan
Perkembangan pemikiran pembaharuan Muhammadiyah sebagai meliputi: pertama, perkembangan pemikiran Muhammadiyah merupakan dialog organisasi tersebut dengan kenyataan sosial yang berbeda di lingkungan yang mendorong Muhammadiyah untuk selalu memperbaharui pemikirannya yang pembaharuan pemikirannyaselalu dengan dikaitkan dengan keyakinannya tentang usaha pemurnian islam dengan bersumber langsung pada Al-Qur’an dan Sunnah, pemikiran pembaharu Muhammadiyah selalu diusahakan untuk merealisasikan ,melalui tindakan-tindakan yang terlembaga dalam masyarakat. Dalam pendidikan dapat di lihat dari, Muhammadiyah selalu berusaha untuk memperbaharui perumusan dan pemahaman tentang missi dan tujuan pendidikan yang diselenggarakan Muhammadiyah sesuai dengan pemahaman ideologi pembaharuan itu sendiri. Usaha perubahan tersebut juga dituntut oleh desakan pendidikan dengan tuntutan perubahan zaman, terutama sekali dengan kaitannya dengan penerapan teknologi dalam bidang pendidikan.
F.     Sistematika Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan tentang awal terbentuknya Muhammadiyah, pembahasan pembaharuan Muhammadiyah dan pemikiran pembaharu Muhammadiyah dalam pendidikan.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.





BAB II
PEMBAHASAN

SEJARAH SINGKAT BERDIRI DAN TUJUAN MUHAMMADIYAH

Gerakan Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriah bertepatan dengan tanggal 18 november 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta. Muhammadiyah dikenal sebagai organisasiyang telah menghembuskan jiwa pembaruan pemikiran Islam di Indonesia dan bergerak dalam bidak keagamaan, pendidikan, sosial budaya yang menjurus pada tercapainya kebahagiaan lahir dan batin. Tujuan pokoknya ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Dinul Islam sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya.[9] Muhammadiyah memiliki tujuan-tujuan organisasi yaitu:
1.      Rumusan pertama terjadi pada waktu permulaan berdirinya Muhammadiyah dalam rumusan ini, Muhammadiyah berdiri mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut.
A.     Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kepada penduduk bumi putera, di dalam Residen Yogyakarta.
B.     Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
2.      Rumusan ke dua terjadi setelah Muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar Yogyakarta. Yaitu ‘’memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda dan memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan agama islam kepada sekutu-sekutunya’’.
3.      Rumusan ke tiga pada masa pendudukan Jepang 1942-1945. Yaitu, ‘’hendak menyiarkan Agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras dengan tuntunannya, hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum dan memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya’’.
4.      Rumusan ke empat saat Mukhtamar muhamamdiyah ke 31 di Yogyakarta tahun 1950, yang berisi ‘’ menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya’’.
5.      Rumusan ke lima diubah saat Mukhtamar ke 34 di Yogyakarta tahun 1959 yaitu ‘’menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya’’.
6.      Rumusan ke enam saat Mukhtamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta tahun 1985, adanya perubahan azas islam ke asas pancasila, sesuai dengan undang-undang nomor 8 tahun 1995 tentang kewajiban ormas, baik agama maupun non agama untuk mencantum azaz pancasila, adapun rumusan tujuan Muhammadiyah yaitu adalah, ‘’menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai oleh Alloh SWT’’.
7.      Rumusan ke tujuh saat mukhtamar Muhammadiyah yang ke 44 di Jakarta pada tahun 2000. Yang berbunyi Muhammadiyah adalah gerakan islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berasaskan oslam yang bersumber pada al-qur’an dan al-sunnah. Perubahan ini disebabkan oleh UU nomor 8 tahun 1985 dicabut oleh MPR RI dan ormas diperbolehkan untuk memilih asasnya sesuai dengan yang dikehendaki dengan catatan tidak bertentangan dengan dasr Negara. Muhammadiyah saat ini memiliki tujuan yang sama persis dengan hasil mukhtamar ke 34 di Yogyakarta yaitu. ‘’menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya’’. [10]

PERKEMBANGAN DAN PEMBAHARU MUHAMMADIYAH DI BIDANG PENDIDIKAN
A.    PEMBAHARU PENDIDIKAN.
Gagasan pembaharu pendidikan itu erat kaitannya dengan gagasan pembaharu Muhammadiyah yang lahir dari persoalan adanya kenyataan tentang problimatika pendidikan di kalangan orang pribumi, yaitu terjadinya keterbelakangan pendidikan yang akut karena adanya dualism model pendidikan yang masing-masing memiliki akar dan kepribadian yang saling bertolak belakang. Di satu pihak pendidikan pendidikan islam yang berpusat di pesantren mengalami kemunduran karena terisolasi dan perkembangan pengerahuan masyarakat modern, di pihak lain sekolah model barat bersifat sekuler dan nasional mengancam kehidupan batin para pemuda pribumi karena di jauhkan dari agama dan budaya negerinya. Hal inilah yang membuat K.H. Ahmad Dahlan berusaha untuk melakukan reformulasi gagasan tentang pendidikan dan melakukan reformulasi teknik dalam pendidikan di masa itu.[11]

1.     Reformulasi gagasan dalam bidang pendidikan
Keinginan K.H. Ahmad Dahlan dalam pendidikan bermula selama mengajar di pondoknya setelah kepulangannya dari Makkah pada tahun 1905. Dan berdirinya Muhammadiyah ini gagasan K.H Ahmad Dahlan tentang pembaharuan dalam bidang pendidikan, didorong oleh agama. Sebagaimana kita ketahui ayat al-qur’an yang pertama kali diwahyukan Allah kepada nabi Muhammad dimulai dengan kata ‘’iqra’’, yang artinya ‘’bacalah’’. Kata ini mempunyai makna bahawa orang harus pandai membaca dan menulis, dan mempunyai artian dasar bahawa untuk dapat merealisasikan terutama dalam kegiatan belajar. Hal ini diperluat dengan hadist nabi tentang ilmu pengetahuan yang umumnya manyatakan bahawa mancari ilmu itu merupakan kewajiban setiap Muslim sejak lahir hingga liang lahat, dengan istilah long life education. Dan orang Islam menjelajahi bumi untuk dapat mengambil pelajaran tentang kehidupan. Bahkan dikatakan dalam sebuah Hadist Nabi; ‘’ carilah ilmu sampai ke negeri China sekalipun. [12] Dari sudut pandang keagamaan itu maka Muhammadiyah pada dasarnya adalah untuk pendidikan keagamaan dan memperbaiki kehidupan beragama para anggota organisasi tersebut. Tujuan kependidikan organisasi muhamamdiyah yang dipetik dari gagasan asli K.H. Ahmad Dahlan adalah:
a.       Pendidikan moral, akhlak, yaitu sebagai usaha menamankan karakter manusia yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.
b.      Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran individu yang utuh, yang berkeseimbangan antara perkembangan mental dan jasmani, Antara kayakinan dan intelek, antara perasaan dengan akal pikiran, serta antara dunia dan akhirat.
c.       Pendidikan kemasyarakatan, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesediaan dan keinginan hidup masyarakat.[13]

2.     Reformulasi Teknik Penyelenggaraan Pendidikan
A.    Sekolah Umum
Sekolah pertama yang didirikan oleh Muhammadiyah ialah sekolah yang dirintis oleh K.H.Ahmad Dahlan. Pada tahun 1911 di kauman Yogyakarta. Sekolah ini mempunyai murid laki-laki dan perempuan sekaligus (co-education) yang diajar menggunakanpapantulis dan kapur. Bangku-bangku serta alat peraga. Sekolah ini merupakan sekolah tingkat dasar yang berawal dari sebuah pengajian. Pelaksanaan penyelenggara pendidikan seperti di kalangan pribumi jawa adalah yang pertama kalinya. Yang berusaha untuk menggabungkan sistem pengajaran pesantren dengan barat. Dalam pengajaran itu diajarkan juga keagamaan, ilmu umum dan dengan menggunakan metode barat. Sebagai perluasan dari sekolah itu, maka kemudian Muhammadiyah mendirikan standard school di suronatan. Yang pada akhirnya sekolah di kauman di peruntukan untuk anak putri sedangkan di suronatan khusus untuk anak putra. Kemudian Muhammadiyah mengembangkan sekolah dasar di daerah Yogyakarta, seperti di karangkajen, buasasran, ngadiwitan dan tempat-tenpat lain di Yogyakarta.
Disamping mendirikan sekolah-sekolah, Muhammadiyah memajukan sekolah-sekolah model sekolah pemerintah kolonial. Sekolah tersebut berupa kweeksschool Muhammadiyah  ( Hollansch Inlandsch Kweeksschool Muhammadiyah ) di jetis Yogyakarta, dan di MOSVIA Magelang, diajarkan pendidikan agama secara kokutikuler. [14] Kemudian muhamamdiyah memajukan sekolah-sekolah model sekolah pemerintah kolonial. Sekolah tersebut berupa kweeksschool muhamamdiyah (Hollansch Inlandsch Kweeksschool Muhammadiyah) yang didirikan pada tahun 1923, kemudian taman kanak-kanak mustanul afthal yang didirikan pada tahun 1926, dan pada tahun itu juga didirikan Holladsch Inlandsche School (HIS) met de qur’an (kemudian diganti dengan nama HIS Muhammadiyah) di Jakarta dan di kudus. Kemudian diikuti MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). HIK Muhammadiyah (Hollndsch Inlandsche Kweekschool) dan Schakel School Muhamamdiyah. Di sekolah-sekolah ini diterapkan pelajaran sistem barat, akan tetapi di dalam kurikulimnya diajarkan pendidikan agama, dengan perbandingan sekitar 10-15 persen untuk pendidikan agama dibandingkan dengan keseluruhan kurikulum. Namun bersamaan dengan hal itu didirikan kursus keagamaan secara khusus sebagai keseimbangannya, seperti mubalighin, Wusta, Muallimin Zuama dan Zaimat. Dengan demikian maka muhamamdiyah telah mempelopori penyelenggaraan pendidikan umum sesuai dengan keperluan jawa dan Indonesia. Sekolah muhmmadiyah yang pertama kali didirikan untuk tingkat menengah yang banyak mendapat bantuan para intelektual nasional secara umum adalah AMS Muhamamdiyah (Algameene Middelbare School). [15]
B.     Madrasah Muhammadiyah
Sistem madrasah yang pertama kali dikembangkan oleh Muhammadiyah ialah sekolah menengah yang dinamai al-qismul arqam pada tahun 1918. Bentuk sekolah ini ialah sebuah madrasah sederhana di kauman Yogyakarta. Madrasah ini pada tahun 1920 diubah menjadi sebuah pondok yang dinamai pondok Muhammadiyah. Akan tetapi karena adanya kebutuhan akan guru yang dirasakan sangat mendesak, maka akhirnya pondok Muhammadiyah diubah menjadi sekolah guru (Kweekschool) untuk mendidik para guru sekolah dasar. Model sekolah madrasah yang dikembangkan oleh Muhamamdiyah ini, pada awalnya merupakan masa peralihan model pendidikan pesantren dengan model perpaduan pesantren-barat, mengalami masa uji coba dan secara terperinci perbedaanya dengan pesantren diterangkan oleh Amir Hamzah Wiryosukarto sebagai berikut:
1.      Cara belajar mengajar di pesantren dipakai cara belajar dengan sistem weton dan sorogan, tetapi di madrasah Muhammadiyah dilakukan dengan sistem klasikal dengan memakai cata-cara barat.
2.      Bahan pelajaran: di pesantren mata pelajaran diambilkan dengan kitab-kitab agama, di madrasah diajarkan pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Dipergunakan pula kitab-kitab, baik dari ulama konservatif maupun para ulama pembaharu.
3.      Rencana pembelajaran: di pesantren rencana pembelajaran yang di teratur dan integral belum dimiliki sedangkan di madrasah Muhammadiyah diatur dengan rencana yang teratur sehingga lebih efisien.
4.      Hubungan guru dan murid: di pesantren hubungan ini bersifat otoriter, sedangkan di madrasah Muhammadiyah didasarkan atas hubungan akrab.[16]

C.    Pendidikan Model Pesantren
Dalam perkembangannya Muhammadiyah kurang memperhatikan pendidikan yang bercorak pesantren, sehingga setelah zaman kemerdekaan muhamamdiyah kurang memiliki basis pendidikan itu. Sampai dengan lahirnya pemerintah orde baru 1966 pun hal itu masih kurang mendapatkan perhatian, sebab perhatian orang masih masih terfokus pada persoalan politik dan kenegaraan. Disamping dibarengi kenyataan masih banyaknya tokoh tua Muhammadiyah yang berperan serta aktif, sehingga Muhammadiyah masih merasakan kokohnya perpaduan antara intelek-ulama dan ulama-intelek. Akan tetapi setelah memasuki tahun 1970-an tatkala banyak di antara para pemimpin yang berkualifikasi demikian telah meninggal dunia, maka para pemimpin Muhammadiyah mulai merasakan semakin mendesaknya kebutuhan Muhammadiyah akan kader yang memiliki kualifikasi intelek-ulama dan ulama-intelek. Dalam suati diskusi panel pimpinan pusat ikatan pelajar Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 18 April 1982 hal ini dibahas secara secara tuntas oleh Ir. HM Basit Wahid, Dr. Kuntowidjojo dan Dr. Sarino Mangunpranoto serta Dr. Amien Rais dan Drs Chabieb Chirzien. Dalam forum itu dilontarkan kritik-kritik dan pemecahan alternativ bagi perkembangan pendidikan Muhammadiyah di waktu yang akan datang.[17]
Menurut laporan pimpinan pusat muhamamdiyah dalam mukhtamarnya ke 45 tahun 2005 di Malang Jawa Timur, lembaga pendidikan Muhammadiyah terdistribusi sebagai berikut:[18]
NO
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Taman Kanak Kanak
4.218
2
Taman Kanak Kanak Al-Quran
933
3
Sekolah Dasar
1.128
4
Madrasah Ibtidaiyah/Diniyah
1.768
5
Sekolah Menengah Pertama
1.179
6
Sekolah Menengah Umum
541
7
Sekolah Menengah Kejuruan
249
8
Madrasah Ibtidaiyah
534
9
Madrasah Aliyah
171
10
Pondok Pesantren
79
11
Universitas/Perguruan Tinggi
109
12
Akademik Politeknik
78

Tabel 1: Daftar sekolah Muhammadiyah dalam Mukhtamar yang ke 45 di Malang Jawa Timur

Kembali lagi Pada tahun 1932 muhammadiyah sudah memliki lebih dari 316 sekolah di wilayah jawa dan Madura, dikategorikan dibawah sistem sekolah yang berdasarkan sekolah barat, 88 sekolah yang berlandaskan sekolah Islam, dan 21 sekolah lain-lain. Sejak 1932 terdapat 50 HIS ( hollandsch inlandsche school ), 4  MULO/HIK ( Meer Uitgebreid Lager Ondewijs/ hollandsch Inlandsche Kwekschool ) dan 4 Kweksschool, sedangkan pada tahun lalu, yaitu tahun 1927 muhammadiyah memiliki sekolah HIS ( Hollandsch Inlandsche School ) sebanyak 25 dan pertumbuhan itu cepat dilihat pada tahun 1932 yaitu 50 sekolah, pertumbuhan ini cukup cepat 2 kali lipat. Namun sekolah muhmmadiyah saat itu masih kalah dengan sekolah Kristen di tahun 1927, yang lebih besar 319 HIS masyarakat/sekolah umum, sedangkan yang dimiliki Muhammadiyah hanya 25 HIS Muhammadiyah.[19] Di Minangkabau pada tahun yang sama baru memiliki 3 HIS Muhammadiyah di tambah 5 Sekolah Barat namun masih kurangnya tenaga pengajar yang professional. Terdapat sekolah Thawalib Sumatera dan Madrasah Diniyah yang pada saat itu lebih baik tenaga pengajarnya, sekolah Thawalib Sumatera dan Madrasah Diniyah mereka bergabung dengan Muhammadiyah di Sumatera Barat dan dari bergabungnya 2 lembaga pendidikan tersebut yang mengantarkan kemajuan dalam tenaga pengajar di Muhammadiyah di Minangkabau. [20]

3.     Pengaruh Masyarakat Terhadap Gerakan Pembaharu Pendidikan Muhammadiyah
            Dunia pendidikan di masa hindia belanda terdapat 2 cabang sekolah, yaitu sekolah belanda yang mengajarkan pendidikan barat dan sekolah pesantren yang mengajarkan keislaman. Sekolah belanda lebih mengutamakan anak didik dari kalangan bangsawan dan priyayi, sedangkan dari kalangan anak-anak petani dan golongan orang-orang biasa tidak menjadi prioritas pemerintah hindia belanda untuk menyekolahkan mereka. Dalam mengintegrasikan kedua system pendidikan Belanda dan pesantren. K.H Ahmad Dahlan melakukan tindakan sekaligus untuk memadukan antara sekolah Islam dan sekilah umum. Beliau membangun sekolah Muhammadiyah yang ditinjau dari kurikulum dipadukan dengan pelajaran keagamaan dan pelajaran umum. Sekolah Muhammadiyah lebih terbuka kepada semua kalangan pribumi, maka dari itu tidak mengherankan sebahagian dari masyarakat banyak yang menyambut dengan baik, termasuk penguasa Yogyakarta pada saat itu. Adanya dukungan dari sultan dan sebahagiaan dari masyarakat, untuk meneruskan dan memajukan pendidikan yang dirintis oleh Muhammadiyah, untuk memberikan peluang besar kepada siswa pribumi yang dalam kesempatan ini tidak dapat melakukan pendidikan di sekolah umum Belanda.
            Cara pandang pendidikan Muhammadiyah yang berhaluan antara perpaduan Keislaman dan kemoderenen, yang menyelaraskan pendidikan Islam dan modern. Yang hal ini berdampak sangat luas kepada peserta didik dan masyarakat pada umumnya, corak pemikiran masyarakat yg tradisional mulai berangsur-angsur adanya secercah pembaharuan dari masyarakat pribumi dari pendidikan Muhammadiyah ini. Dengan pembatasan sekolah umum Belanda hal ini tidak menyurutkan semangat sebagian kalangan masyarakat untuk tetap sekolah di lembaga pendidikan Muhammadiyah, yang membawa faham tidak jauh berbeda dengan sekilah umum Belanda pada masa itu, maka dari itu dapat diselaraskan dan disejajarkan dengan sekolah umum dan sekolah islam modern. Terdapat sedikit permasalahan di kala itu ditinjau dari kultur masyarakat yang pada dasarnya memiliki kebiasaan bertani dan memenuhi kebutuhan rumah tangga, tidak hanya orang tua namun juga anak-anak pun terlibat dalam hal ini, maka menjadi tugas pekerjaan rumah yang cukup besar dalam memberikan pengertian bahawa pentingnya pendidikan untuk anak-anak mereka di balik arus menajuan zaman, sedangkan Muhammadiyah adalah satu-satunya yang memberikan wadah aspirasi pendidikan Islam modern di masa itu, maka Muhammadiyah tidak membuang kesempatan ini, peluang untuk mengajak masyarakat untuk sekolah dikalangan pribumi masih besar, walaupun masih adanya kendala dari masyarakat yang tidak terbiasa untuk meluangkan waktu untuk bersekolah. Muhammadiyah terus berkembang hingga pelosok Indonesia dari zaman ke zaman, masyarakat yang sebelumnya sedikit meragukan Muhammadiyah karena adanya ketidak sefahaman masyarakat terhadap pemikiran muhmmadiya, dengan majunya perkembangan zaman dan majunya cara berfikir masyarakat, mulailah masa-masa modern di abad 20 dan 21 ini Muhammadiyah mulai melebarkan sayapnya dari mulai kota hingga ke pelosok pedesaan di Indonesia.
            Masyarakat apabila dengan system pendidikan Islam ini akan mengantarkan pada pemikiran yang tersetting dengan mudah untuk meletakkan dasar-dasar intelektualitas masyarakat pribumi, dengan lembaga pendidikan keilmuan itu dengan mudah tersalurkan dalam pemikiran sang murid, hal ini akan terbentuknya masyarakat yang tersusun dari amsyarakat yang tradisional menuju masyarakat yang madani atau modern.
KESIMPULAN
            Dapat saya simpulkan bahawa pendidikan Muhammadiyah ini memiliki banyak pengaruh yang sangat besar terhadap system pendidikan nasional dari dulu lahir hingga masa kini, terutama dalam memajukan pola befikir masyarakat dari berbagai kalangan untuk berfikirIslam yang modern. Muhammadiyah dalam pendidikan memiliki dasar-dasar filosofis yang sesuai dengan prinsip pendidikan di Indonesia, seperti berkaitan dengan realitas masyarakat dan kebudayaan serta system social ekonomi dan politiknya bersifat tebuka (OPEN) terhadap segala pengalaman yang baik yang tentunya keterbukaan itu masih dalam koridor yang terarah dengan menjunjung nilai-nilai keislaman yang berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Muhammadiyah bersifat Universal dengan standar keilmuan dan lain-lain.
            Muhammadiyah mempunyai tujuan pendidikan yang berpengaruh besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, namun sangat kita sayangkan apabila sistem pendidikan Muhammadiyah yang kokoh ini ditinggalkan oleh masyarakatnya itu sendiri, dan hal ini harapan kami agar tidak terjadi, oleh sebab itu Pendidikan Nasional perlu dalam mengembangkan kembali ide-ide dasar pendidikan Muhammadiyah yang sudah teruji sejak 1 abad yang lalu, sebagai pengembangan mitra keimanan, ketaqwaan yang tercermin dalam relijiuitas serta akhlak manusia melalui pendidikan seperti yang telah diterapkan dahulu dalam pendidikan era Muhammadiyah.


DAFTAR PUSTAKA
Alfian, 1989.’’ Muhammadiyah The Political Behaviour of A Muslim  ModernistOrganization Under Duck Colonialism.’’ Yogyakarta: gadjah mada university  perss.

Arifin, MT. 1985. ‘’ Gagasan Pembaharu Muhammadiyah, Surakarta: Pustaka Jaya.

Balai, penelitian. 1980. Aliran kerohanian/keagamaan, Semarang.

Comb, H, Philip & Ahmed, Mansoor. 1984. ‘’Attacing rural poverty, how nonformal education, can help’’, (Terj) YIIS, ‘’Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Non Formal’’, Jakarta: Rajawali.

Gottchalk, Louis. 1975. ‘’ Understanding History A Primary History Method (Terj), Nugroho, notosusanto’’, Mengeri Sejarah, Jakarta: UI Press.

Hadi, kusumo, H, Djarnawi. (Tanpa Tahun). ‘’Aliran Pembaharu Islam dari Jamaluddin Al-Afghani Sampai K.H.Ahmad Dahlan’’, Yogyakarta: persatuan.

Salam, Solichin, 1965. ‘’ Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia’’, Jakarta: NV. Mega.

Shobron, Sudarso, 1995. ‘’ Studi Kemuhammadiyah’’, Surakarta: LIPID (Lembaga Pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar).

Soemardjan, Selo, 1981. ‘’ social change in Yogyakarta, (Terj), H.J. Koesoemanto dan Mochtar Pabottinggi, ‘’ Perubahan Sosial di Yogyakarta’’, yogyakarta: Gajah Mada University press.



[1] Balai penelitian aliran kerohanian/keagamaan, semarang, 1980, hal. 1 dan seterusnya.
[2] H. Djarnawi Hadikusumo, Aliran pembaharu islam dari Jamaluddin Al-Afghani sampai K.H.Ahmad Dahlan, persatuan, Yogyakarta, (tanpa tahun) hal. 77-78.
[3] Balai Penelitian aliran kerohanian/keagamaan,loc.cit.
[4] Sudarso Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, LPID (lembaga pengembangan ilmu-ilmu dasar). Surakarta 1995, hal. 26.
[5] Louis gottchalk, Understanding History: A Primary historical method. (terj), Nugroho Notosusanto, mengerti sejarah, UI, Press, Jakarta. 1975, hal 165.
[6] Selo Soemardjan, social change in jogyakarta, (terj), HJ Koesoemanto dan mochtar pabottinggi, perubahan sosial di Yogyakarta, Gajah Mada University press, Yogyakarta, 1981.
[7] Ibid., hal. 304.                                                                                            
[8] Philip H.Comb & Mansoor Ahmed, Attacking rural poverty, how nonformal education can help, (terj) YIIS, memerangi kemiskinan di pedesaan melalui pendidikan nonformal, Rajawali, jakarta. 1984, hal. 8-10.
[9] Sudarso Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, LPID (lembaga pengembangan ilmu-ilmu dasar). Surakarta 1995, hal. 26.
[10] Ibid., hal 65-67.
[11] MT Arifin. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Pustaka Jaya. Surakarta: 1985. Hlm 204.
[12] Ibid., hlm 205
[13] H. Djarnawi hadikusumo, ilmu akhlaq, persatuan Yogyakarta, 1980, hal 5.
[14] Solichin salam, muhamamdijah dan kebangunan islam di Indonesia, NV Mega, Jakarta, 1965, hlm. 97.
[15] MT Arifin. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah, Pustaka Jaya. Surakarta: 1985. Hlm 218.
[16] Ibid., hlm 223.
[17] Ibid., hlm 224.
[18] Sudarso Shobron, Studi Kemuhammadiyahan, LPID (lembaga pengembangan ilmu-ilmu dasar). Surakarta 1995, hal. 154.
[19] Alfian, Muhammadiyah the Political Behaviour of a Muslim Modernist Organization Under Ducth Colonialism, Gadjah Mada university Perss, Yogyakarta, 1989. Hal 188-191.
[20] Ibid., hlm 250-251.

0 komentar:

Posting Komentar