Rabu, 04 Juni 2014

KERAJAAN ISLAM PERLAK



Abstrak
Kerajaan perlak adalah kerajaan islam pertema di Indonesia, peureulak berdiri sejak abad ke 3 hijriah/ abad 9 masehi, pembahasan paper ini akan mengulas mengenai peninggalan arkeologi kerajaan islam peureulak di aceh dan potensi-potensi kerajaan islam peureulak. Paper ini akan membahas dari makalah prof A Hasyimi yang di mana makalah ini adalah makalah penelitian beliau di aceh dan di publikasikannya makalah tersebut dalam acara seminar di medan, menurut saya makalah beliau sesuai dengan kajian fakta sejarah di wilayah aceh dan sumattera bagian utara, hal in sangat menarik untuk di kaji dan didiskusikan dalam paper ini.  Apa saja peninggalan arkeologi di kerajaan perlak, sejak kapan kerajaan perlak berdiri. Hal ini akan kami bahas lebi lengkap di makalah ini.


Keyword: Arkeologi di Perlak, Sejarah Perlak

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sekilas sejarah Kerajaan Perlak
Kerajaan perlak adalah kerajaan Islam tertua di Nusantara, kerajaan ini berdiri sejak abad 3 hijriah atau pada abad 9 masehi[1] atau bertepatan pada 1 muharram 225 H. 840 M sampai dengan 1292 M. Disebutkan bahwa pada tahun 173 H, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar perlak membawa angkatan dakwah di bawah pimpinan Nahkoda Khalifah dari Timur Tengah dan Gujarat. Kerajaan Perlak didirikan oleh Sayid Abdul Aziz (Raja Pertama Perlak) dengan gelar Sultan Alaidin Sayid maulana abdul Aziz Syah. Menurut Prof, A, Hasjmy [2] Nahkoda Khalifah berasal dari keturunan Bani Khalifah yang berasal dari Jazirah Arabia.
B.     Pembatasan Rumusan Masalah
Kami di makalah ini akan lebih mengarah pada pembahasan mengenai sejarah kerajaan perlak di Aceh dan potensi peninggalan Arkeologi di Kerajaan Perlak.
C.    Tujuan Penulisan
Dalam pembahasan kerajaan peureulak yang banyak memiliki peninggalan dan situs bersejarah Islam di Indonesia. Tujuan tersebut yaitu adalah: untuk mengkaji kerajaan peureulak di lihat dari sisi Arkeologi dan peninggalan kerajaan Perlak agar masyarakat dapat mengetahui lebih mendalam tentang sejarah Islam di kerajaan Perlak, yang apabila kita lihat sampai saat ini, Islam Berjaya dan tersebar luas hingga pelosok Nusantara, melalui ulama-ulama, yang di mulai dari sumatera bagian utara, termasuk Perlak.
D.    Manfaat Penulisan
Dari penulisan makalah ini, manfaatnya adalah menjadi inspirasi bagi masyarakat dalam hal kekayaan Khazanah kebudayaan Islam di Nusantara, terkhusus di kerajaan peureulak, yang sangat mempengaruhi tersebarnya islam di nusantara, dilihat melalui sudut pandang benda-benda Arkeologi di kerajaan Perlak.
E.     Metodologi Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami akan lebih fokus di penulisan peninggalan benda-benda arkeologi kerajaan Perlak dan potensi kesejarahan di kerajaan Perlak.

F.     Sistematika Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan tentang sejarah kerajaan Perlak dan peninggalan arkeologi Kerajaan Perlak.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Kerajaan Perlak
Kesultanan Perlak berdiri pada tahun 840 dan berakhir pada tahun 1292. Proses berdirinya tidak terlepas dari pengaruh Islam di wilayah Sumatera. Sebelum Kesultanan Perlak berdiri, di wilayah Perlak sebenarnya sudah berdiri Negeri Perlak yang raja dan rakyatnya merupakan keturunan dari Maharaja Pho He La (Meurah Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan pengikutnya. Pada tahun 840 ini, rombongan berjumlah 100 orang dari Timur Tengah menuju pantai Sumatera yang dipimpin oleh Nakhoda Khilafah. Rombongan ini bertujuan untuk berdagang sekaligus membawa sejumlah da'i yang bertugas untuk membawa dan menyebarkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah abad, raja dan rakyat Perlak meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan Buddha), yang kemudian secara sukarela berbondong-bondong memeluk Islam. Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa salah seorang anak buah dari Nakhoda Khalifah, Ali bin Muhammad bin Ja'far Shadiq dikawinkan dengan Makhdum Tansyuri, yang merupakan adik dari Syahir Nuwi, Raja Negeri Perlak yang berketurunan Parsi. Dari buah perkawinan mereka lahirlah  Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Shah, yang menjadi sultan pertama di Kesultanan Perlak sejak tahun 840. Ibu kotanya Perlak yang semula bernama Bandar Perlak kemudian diubah menjadi Bandar Khalifah sebagai bentuk perhargaan terhadap jasa Nakhoda Khalifah.[3]
Menurut prof. dr. slamet muljana menyatakan bahwa pada akhir abad ke 12, di pantai timur sumatera terdapat Negara islam bernama perlak. Nama itu kemudian dijadikan peureulak. Didirikan oleh para pedagang asing dari Mesir, Maroko, Persia dan Gujarat, yang menetap di wilayah itu sejak awal abad ke 12 M. pendirinya adalah orang arab dari suku quraisy. Pedagang arab itu menikah dengan putri pribumi, keturunan raja perlak. Dari perkawinan tersebut mendapat seorang putra yang bernama sayid abdul aziz. Sayid abdul aziz adalah sultan pertama di negeri perlak. Setelah dinobatkan menjadi sultan negeri perlak. Bernama alaudin syah. Demikianlah dia dikenal sebagai sultan alaudin syah dari negeri perlak.[4]
Angkatan dakwah yang dipimpin nahkoda khalifah berjumlah 100 orang, yang terdiri dari orang arab, Persia dan india. Mereka ini meyiarkan agama islam pada penduduk setempat dan keluarga istana. Salah seorang dari mereka yaitu sayid ali dari suku quraisy menikah dengan seorang puteri yakni makhdum tansyuri, salah seorang adik dari maurah perlak yang bernama syahir nuwi. Dari perkawinan ini lahirlah sayid abdul aziz, putera campuran arab-perlak yang kemudian setelah dewasa dilantuk menjadi raja di kerajaan perlak pada tahun 225 H.[5]
Sebelum berdirinya Kesultanan Perlak, di wilayah Negeri Perlak sudah ada rajanya, yaitu Meurah Perlak Syahir Nuwi. Namun, data tentang raja-raja Negeri Perlak secara lengkap belum ditemukan. Sedangkan daftar nama sultan yang pernah berkuasa di Kesultanan Pelak adalah sebagai berikut:
1. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)

2. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)

3. Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)

4. Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)

5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)

6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah (932-956)

7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)

8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)

9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)

10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)

11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)

12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)

13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)

14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)

15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)

16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)

17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II  (1230-1267)

18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)

Catatan: Sultan-sultan di atas dibagi menurut dua dinasti, yaitu dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah dan dinasti Johan Berdaulat, yang merupakan keturunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).[6]
Menurut sebuah silsilah yang disampaikan oleh majelis keturunan syaidina Ali Bin Abi Thalib dengan Istrinya Fatimah Binti Muhammad SAW, yaitu sebagai keturunan yang ke delapan. Adapun susunan silsilah tersebut secara berurutan sampai kepada Saidina Ali ialah sebagai berikut: Syaidina Abdul Aziz Bin Ali Bin Sayid Ahmad Ad Diba’I Bin Imam Ja’far Assadiq Bin Imam Muhammad Al-Baqir bin imam ali zainal abidin binsayidina Husain Bin Sayidina Ali Bin Abi Thalib. Dan sebagaimana disebutkan oleh idharul haq, bahwa pada ahri selasa tanggal 1 muharram 225 H, atau 840 M. saiyid abdul aziz dengan resmi dinobatkan menjadi sultan kerajaan Islam Perlak yang pertama dengan gelar sultan alaidin saiyid maulana Abdul Aziz Syah.[7]
Bersamaan dengan pengangkatan sultan pertama itu, ibu kota kerajaan: Bandar Perlak dipindahkan ke dalam dan namanya diganti menjadi Bandar khalifah sebagai kenang-kenangan kepada Nahkoda Khalifah yang telah berjasa membawa angkatan dakwah ke perlak (letaknya kurang lebih 6 KM dari bibir pantai), dari Kota Perlak sekarang dan kota tersebut sampai kini masih ada. Sultan Abdul Aziz memerintah sampai tahun 249 H/864 M, dan setelah memerintahnya menurut Idharul Haq ada 18 sultan yang memerintah di Perlak, yaitu penjelasan secara rinci sebagai berikut:
1.      Sultan alaidin saiyid maulana abdul aziz syah (225-249 H/ 840-864 M). masa peperintahannya dirasakan pada perwujudan perlak sebagai kerajaan islam yang baru dibangunkan, terutama pengaturan organisasi pemerintahan yang kuat.
2.      Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdurrahim Syah (249-285 H/864-888 M). kegiatan Sultan ini terutama diarahkan pada pembangunan pendidikan Islam dan kemajuan ekonomi. Pada tahun 250 H. dibangun sebuah lembaga pendidikan Islam, yaitu: Dayah Bukut Ce Breek.
3.      Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah (285-399 H/ 888-913 M). pada masa ini pembangunan perlak sebagai Kerajaan Islam telah dimulai Nampak dalam berbagai bidang kehidupan Antara lain: pertanian (lada dan hasil hutan), pertambangan (emas di daerah Alue Meuh), kesenian (ukiran-ukiran dari gading gajah dan kayu rapa’I, seni baca Al-Qur’an, Qasidah dan lain-lain). Selain itu untuk peningkatan kemajuan ilmu pengetahuan sebuah lembaga pendidikan baru juga didirikan, yaitu: Dayah Cit Kala pada tahun 899 M. di sebuah dataran yang disebut aramia di sebelah selatan Bandar Perlak.
4.      Sultan Slaidin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (302-305 H/915-918 M), peristiwa penting yang terjadi pad masa ini adalah pecahnya perang saudara yang bermula pada pertentangan Antara Syi’ah dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Peperangan ini berakhir dengan tumbangnya pemerintahan Sayid (Dinasti Azizah) yang beraliran Syi’ah dan timbulnya Dinasti Makhdum dari Bangsawan asli Perlak (Meurah) yang beraliran Ahlussunnah.
5.      Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (306-310 H/ 918-922 M), kegiatannyaterutama memperkuat kembali pemerintahan yang selama ini kacau akibat peperangan.
6.      Sultan Makhdun Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (310-334 H/ 922-946 M), sebelum diangkat menjadi Sultan ia adalah pengajar pada Dayah Tinggi Cot Kala dan usaha yang penting adalah menyatukan kembali pertentangan Antara keluarga Azizah dan makhdum dengan cara, Antara lain mengangkat seorang keturunan Azizah yang bernama Sayid Maulana Abdullah menjadi Mangkubuminya.
7.      Sultan makhdum Alaidin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat (334-361 H/ 946-973 M), pada amsa ini pemerintahan kembali pecah perang saudara yang dapat diakhiri melalui perjanjian alue meuh pada tanggal 10 muharram 353 H. isinya yang terutama ialah perlak dipecah menjadi dua bagian yaitu Perlak Baroh yang diperintah oleh dinasti azizah dan perlak tuning di bawah pemerintahan dinasti Makhdum. Dengan demikian pada waktu itu ada dua orang raja di perlak sebagai suktan yang ke delapan yaitu. Yang ke 8
1.      Sultan Alaidin Sayid Maulana Mahmud Syah (365-377 H/ 976-988 M) yang memerintah di Perlak Baroh dengan kota kedududkannya di Bandar Perlak
2.      Sultan Makhdun Alaidin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (365-402 H/ 976-1012 M), di Perlak Tunong dengan kota kedudukannya di Bandar Khalifah.
8.      Sultan Makhdun Alaidin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (402-450 H/ 1012-1059 M), untuk lebih meningkatkan syiar agama islam di aceh tengah, sultan ini mengirimkan Syekh Sirajuddin ke sana untuk menobatka Adi Genali (Teungku Kawe teupat) menjadi Raja Lingga yang baru menerima ajaran Islam.
9.      Sultan Makhdum Alaidin Mansyur Syah Johan Berdaulat (450-470 H/ 1059-1078 M). Usahanya yang penting adalah pembinaan daerah-daerah penghunian baru yang dibuka selama penyerangan Sriwijaya, seperti daerah Salasari.
10.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (470-501 H/ 1078-1108 M), dalam rangka menghindari kemungkinan timbulnya kembali pertentangan dengan para Sayid Maulana, Sultan ini memperistrikan Putri Syarifah Hazizah dan dari perkawinan ini lahir seorang Putri, Nurul A’la yang nantinya memainkan peranan penting dalam Kerajaan Perlak.
11.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Ahamad Syah Johan berdaulat (501-527 H/ 1108-1134 M). diantara tindakannya yang penting selama pemerintahannya adalah pengangkatan Putri Nurul A’la binti Malik Abdullah Syah sebagai kepala urusan keuangan (Baitul Mal). Sejak waktu itu peranan wanita mulai Nampak dalam pemerintahan.
12.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-552 M/ 1134-1158 M).nampaknya peranan wanita dalam pemerintahan mulai dipertanyakan pada waktu itu, sehingga menyebabkan pengunduran diri kedua putri yang telah di sebutkan di atas.
13.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-565 H/ 1158-1170 M),
14.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat (565-592 H/ 1170-1196 M), usaha yang cukup berarti ialah meningkatnya Syiar Agama Islam. Selama pemerintahannya ada dua negeri yang berhasil DiIslamkan, yaitu Kerajaan Indra Purba dan Kerajaan Seudu.
15.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (592-622 H/ 1196-1225 M).
16.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/ 1225-1263 M). masa pemerintahannya merupakan masa kemajuan bagi Kerajaan Perlak, terutama dalam bidang pembangunan pendidikan Islam dan perluasan dakwah Islamiyah.
17.  Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 M/ 1263-1292 M). Sultan ini merupakan Sultan terakhir dari kerajaan islam Perlak, sebab sepeninggal Perlak dipersatukan dengan kerajaan Samudera Pasai[8] yang pada waktu pada penggabungannya Sultan yang memerintah di sana, ialah Sultan Muhammad Malikul Dhahir (1297-1326 M). Putra Sultan Malikul saleh dengan istrinya putri gang-gang sari yang berasal dari Perlak juga. Hal ini yang menjadi faktor Putri yang berasal dari Perlak itu turut mempercepat proses penggabungan kedua kerajaan tersebut.

Dan faktor yang mendorong penggabungan kedua kerajaan tersebut disebabkan oleh karena sultan malik abdul aziz syah sendiri tidak meninggalkan anak laki-lakinya yang akan menggantikan sebagai sultan di Perlak, beliau hanya meninggalkan tiga orang putri, yaotu latifah hanim, Nur Azizah dan nur khatimah.[9]
Periode Pemerintahan
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya, yaitu: Putri Ratna Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun 1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.
Wilayah Kekuasaan
Sebelum bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai, wilayah kekuasaan Kesultanan Perlak hanya mencakup kawasan sekitar Perlak saja. Saat ini, kesultanan ini terletak di pesisir timur daerah aceh yang tepatnya berada di wilayah Perlak, Aceh Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Kehidupan Sosial-Budaya
Perlak dikenal dengan kekayaan hasil alamnya yang didukung dengan letaknya yang sangat strategis. Apalagi, Perlak sangat dikenal sebagai penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu yang sangat bagus untuk membuat kapal. Kondisi semacam inilah yang membuat para pedagang dari Gujarat, Arab, dan Persia tertarik untuk datang ke daerah ini. Masuknya para pedagang tersebut juga sekaligus menyebarkan ajaran Islam di kawasan ini. Kedatangan mereka berpengaruh terhadap kehidupan sosio-budaya masyarakat Perlak pada saat itu. Sebab, ketika itu masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana caranya berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga yang sangat maju. Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini sebagai konsekuensi dari membaurnya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat pendatang. Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi dengan cara menikahi wanita-wanita setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja, pernikahan campuran juga dimaksudkan untuk mengembangkan sayap perdagangan dari pihak pendatang di daerah ini.[10]

Data arkeologi kerajaan perlak
Data Arkeologi yang berhubungan dengan perlak belum banyak di garap. Sebenarnya penelitian Arkeologi tentang bekas Bandar Perlak akan dapat memberikan beberapa jawaban yang lebih memuaskan tentang kronologi Kerajaan Perlak. Sejauh ini penelitian Arkeologi di situs bekas Kerajaan Perlak baru meliputi beberapa tempat saja. Penelitian ini belum dapat menghasilkan data penemuan-penemuan lain yang memberikan indikasi data tanggal karena malam-makam kuno yang diteliti belum ada memunculkan ciri-ciri memuat angka tahun seperti yang banyak ditemukan di pasai atau di daerah aceh, seperti misalnya makam-makam bertanggal di kompleks makam sultan malik Al-Saleh, kandang XII, Minje Tujoh dan sebagainya.












Situs Arkeologi di Aceh.

 
Peta Kerajaan Aceh dan Istana Daruddunya Aceh
 
Peta Kota Kerajaan Aceh

 Kitab Kerajaan Perlak
 
Atas: Dinar Aceh. Tengah: Cakra Donya. Bawah: Masjid Baiturrahman Aceh 1881           

KESIMPULAN
          Dapat kami simpulkan bahwa Kerajaan Perlak adalah Kerajaan Islam tertua di Nusantara, kerajaan ini berdiri sejak Abad 3 hijriah atau pada abad 9 masehi  atau bertepatan pada 1 Muharram 225 H. 840 M sampai dengan 1292 M. Disebutkan bahwa pada tahun 173 H, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar perlak membawa angkatan dakwah di bawah pimpinan Nahkoda Khalifah dari Timur Tengah dan Gujarat. Kerajaan Perlak didirikan oleh Sayid Abdul Aziz (Raja Pertama Perlak) dengan gelar Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz syah. Menurut Prof, A, Hasjmy   Nahkoda Khalifah berasal dari keturunan Bani Khalifah yang berasal dari Jazirah Arabia .Bersamaan dengan pengangkatan sultan pertama itu, ibu kota kerajaan: Bandar perlak dipindahkan ke dalam dan namanya diganti menjadi Bandar Khalifah sebagai kenang-kenangan kepada Nahkoda Khalifah yang telah berjasa membawa angkatan dakwah ke perlak (letaknya kurang lebih 6 KM dari bibir pantai), dari kota perlak sekarang dan kota tersebut sampai kini masih ada. Sultan Abdul Aziz memerintah sampai tahun 249 H/864 M, dan setelah memerintahnya menurut Idharul haq ada 18 Sultan yang memerintah di perlak. Dalam kajian peninggalan Arkeologi di kerajaan Perlak bahwa arkeologi dari sisa peninggalan perlak belum banyak di gali lebih mendalam, namun adanya penmuan-penmuan seperti sisa-sisa bangunan yang dapat dikatakan sudah hancur karena di runtuhkan oleh belanda pada masa penjajahan, serta peninggalan tersebut belum secara maksimal di teliti, harapannya bahwa dimasa yang akan datang adanya penelitian intensif mengenai Perlak dilihat dari sisi Arkeologi, seperti di lihat dari sumber-sumber tertulis dari Idharul Haq sebagai data-data yang memperkuat penjelasan di kerajaan perlak di masa lampau. Kerajaan Perlak berakhir pada masa Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 M/ 1263-1292 M). Sultan ini merupakan sultan terakhir dari Kerajaan Islam Perlak. sebab sepeninggal perlak dipersatukan dengan kerajaan samudera pasai[11] yang pada waktu pada penggabungannya Sultan yang memerintah di sana, ialah Sultan Muhammad Malikul Dhahir (1297-1326 M). Putra Sultan Malikul saleh dengan Istrinya Putri gang-gang sari yang berasal dari perlak juga. Hal ini yang menjadi factor putri yang berasal dari perlak itu turut mempercepat proses penggabungan kedua kerajaan tersebut. Dan factor yang mendorong penggabungan kedua kerajaan tersebut disebabkan oleh karena Sultan Malik Abdul Aziz Syah sendiri tidak meninggalkan anak laki-lakinya yang akan menggantikan sebagai sultan di Perlak, beliau hanya meninggalkan tiga orang Putri, yaitu Latifah Hanim, Nur Azizah dan Nur Khatimah.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsu’s, Muhammad, 1996.’’ Ulama pPembawa Islam di Indonesian dan Sekitarnya, Jakarta: lentera.
Hasymy, 1981.’’ Sejarah Masuk dan Perkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: al-maarif.
Muljadi, Slamet, 2007.’’ Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LKSI, cetakan ke 4.
Amin, Samsul, munir. 2010.’’ Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: amzah.
Tim Nasional Penulisan Sejarah Indonesia, 1975,’’ Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: balai pustaka
Wikipedia/Gambar-Situs-Arkeologi/kerajaan/kerajaan-di-Aceh




[1] Drg. H. Muhammad Syamsu’s, Ulama Pembawa Islam di Indonesian dan sekitarnya, Jakarta: lentera, 1996, hlm. 9.
[2] Prof. A. Hasjmy, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: Al-Maarif, 1981.
[3] www.slideshare.net/anastanindya/presentasi-sejarah-kerajaan-perlak
[4] Prof. dr. slamet muljadi, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LKSI, cetakan ke 4, 2007, Hlm. 130.
[5] Drs. Samsul munir amin, M.A, sejarah Peradaban Slam, Jakarta: Amzah, 2010, Hlm 331.
[6] www.slideshare.net/anastanindya/presentasi-sejarah-kerajaan-perlak
[7] Prof. A Hasyimi. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung, al-ma’arif. 1993: hlm 407.
[8] Tim Nasional Penulisan Sejarah Insonesia, Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: 1975. balai pustaka. Hlm 21
[9] Ibid, loc, cit. hlm 407-411
[10] www.slideshare.net/anastanindya/presentasi-sejarah-kerajaan-perlak.
[11] Tim Nasional Penulisan Sejarah Insonesia, Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam, sejarah nasional Indonesia, Jakarta: 1975. balai pustaka. Hlm 21.

0 komentar:

Posting Komentar