Abstrak
Kerajaan
perlak adalah kerajaan islam pertema di Indonesia, peureulak berdiri sejak abad
ke 3 hijriah/ abad 9 masehi, pembahasan paper ini akan mengulas mengenai
peninggalan arkeologi kerajaan islam peureulak di aceh dan potensi-potensi
kerajaan islam peureulak. Paper ini akan membahas dari makalah prof A Hasyimi
yang di mana makalah ini adalah makalah penelitian beliau di aceh dan di
publikasikannya makalah tersebut dalam acara seminar di medan, menurut saya
makalah beliau sesuai dengan kajian fakta sejarah di wilayah aceh dan sumattera
bagian utara, hal in sangat menarik untuk di kaji dan didiskusikan dalam paper
ini. Apa saja peninggalan arkeologi di
kerajaan perlak, sejak kapan kerajaan perlak berdiri. Hal ini akan kami bahas
lebi lengkap di makalah ini.
Keyword: Arkeologi di Perlak, Sejarah
Perlak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sekilas sejarah Kerajaan Perlak
Kerajaan
perlak adalah kerajaan Islam tertua di Nusantara, kerajaan ini berdiri sejak
abad 3 hijriah atau pada abad 9 masehi[1]
atau bertepatan pada 1 muharram 225 H. 840 M sampai dengan 1292 M. Disebutkan
bahwa pada tahun 173 H, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar perlak membawa
angkatan dakwah di bawah pimpinan Nahkoda Khalifah dari Timur Tengah dan
Gujarat. Kerajaan Perlak didirikan oleh Sayid Abdul Aziz (Raja Pertama Perlak)
dengan gelar Sultan Alaidin Sayid maulana abdul Aziz Syah. Menurut Prof, A, Hasjmy
[2]
Nahkoda Khalifah berasal dari keturunan Bani Khalifah yang berasal dari Jazirah
Arabia.
B. Pembatasan
Rumusan Masalah
Kami di makalah ini akan lebih mengarah pada pembahasan mengenai
sejarah kerajaan perlak di Aceh dan potensi peninggalan Arkeologi di Kerajaan Perlak.
C. Tujuan
Penulisan
Dalam pembahasan kerajaan peureulak yang banyak memiliki
peninggalan dan situs bersejarah Islam di Indonesia. Tujuan tersebut yaitu adalah:
untuk mengkaji kerajaan peureulak di lihat dari sisi Arkeologi dan peninggalan
kerajaan Perlak agar masyarakat dapat mengetahui lebih mendalam tentang sejarah
Islam di kerajaan Perlak, yang apabila kita lihat sampai saat ini, Islam
Berjaya dan tersebar luas hingga pelosok Nusantara, melalui ulama-ulama, yang
di mulai dari sumatera bagian utara, termasuk Perlak.
D. Manfaat
Penulisan
Dari penulisan makalah ini, manfaatnya adalah menjadi
inspirasi bagi masyarakat dalam hal kekayaan Khazanah kebudayaan Islam di Nusantara,
terkhusus di kerajaan peureulak, yang sangat mempengaruhi tersebarnya islam di
nusantara, dilihat melalui sudut pandang benda-benda Arkeologi di kerajaan Perlak.
E. Metodologi
Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami akan lebih fokus di
penulisan peninggalan benda-benda arkeologi kerajaan Perlak dan potensi kesejarahan
di kerajaan Perlak.
F. Sistematika
Penulisan
Dalam Bab I menjelaskan mengenai pendahuluan yang mengandung
pokok persoalan yang akan di jelaskan secara luas di makalah ini, sebagaimana
yang sudah di uraikan di awal.
Dalam Bab II menjelaskan tentang sejarah kerajaan Perlak dan
peninggalan arkeologi Kerajaan Perlak.
Dalam Bab III merangkum dan mengupas pembahasa makalah ini
sebagaimana yang sudah di terangkan dalam Bab II.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah
Kerajaan Perlak
Kesultanan Perlak berdiri pada tahun 840 dan berakhir pada
tahun 1292. Proses berdirinya tidak terlepas dari pengaruh Islam di wilayah
Sumatera. Sebelum Kesultanan Perlak berdiri, di wilayah Perlak sebenarnya sudah
berdiri Negeri Perlak yang raja dan rakyatnya merupakan keturunan dari Maharaja
Pho He La (Meurah Perlak Syahir Nuwi) serta keturunan dari pasukan-pasukan
pengikutnya. Pada tahun 840 ini, rombongan berjumlah 100 orang dari Timur
Tengah menuju pantai Sumatera yang dipimpin oleh Nakhoda Khilafah. Rombongan
ini bertujuan untuk berdagang sekaligus membawa sejumlah da'i yang bertugas
untuk membawa dan menyebarkan Islam ke Perlak. Dalam waktu kurang dari setengah
abad, raja dan rakyat Perlak meninggalkan agama lama mereka (Hindu dan Buddha),
yang kemudian secara sukarela berbondong-bondong memeluk Islam. Perkembangan
selanjutnya menunjukkan bahwa salah seorang anak buah dari Nakhoda Khalifah,
Ali bin Muhammad bin Ja'far Shadiq dikawinkan dengan Makhdum Tansyuri, yang
merupakan adik dari Syahir Nuwi, Raja Negeri Perlak yang berketurunan Parsi.
Dari buah perkawinan mereka lahirlah
Sultan Alaiddin Sayyid Maulana Abdul Aziz Shah, yang menjadi sultan
pertama di Kesultanan Perlak sejak tahun 840. Ibu kotanya Perlak yang semula
bernama Bandar Perlak kemudian diubah menjadi Bandar Khalifah sebagai bentuk
perhargaan terhadap jasa Nakhoda Khalifah.[3]
Menurut prof. dr. slamet muljana menyatakan bahwa pada akhir
abad ke 12, di pantai timur sumatera terdapat Negara islam bernama perlak. Nama
itu kemudian dijadikan peureulak. Didirikan oleh para pedagang asing dari
Mesir, Maroko, Persia dan Gujarat, yang menetap di wilayah itu sejak awal abad
ke 12 M. pendirinya adalah orang arab dari suku quraisy. Pedagang arab itu
menikah dengan putri pribumi, keturunan raja perlak. Dari perkawinan tersebut
mendapat seorang putra yang bernama sayid abdul aziz. Sayid abdul aziz adalah
sultan pertama di negeri perlak. Setelah dinobatkan menjadi sultan negeri
perlak. Bernama alaudin syah. Demikianlah dia dikenal sebagai sultan alaudin syah
dari negeri perlak.[4]
Angkatan dakwah yang dipimpin nahkoda khalifah berjumlah 100
orang, yang terdiri dari orang arab, Persia dan india. Mereka ini meyiarkan
agama islam pada penduduk setempat dan keluarga istana. Salah seorang dari
mereka yaitu sayid ali dari suku quraisy menikah dengan seorang puteri yakni
makhdum tansyuri, salah seorang adik dari maurah perlak yang bernama syahir
nuwi. Dari perkawinan ini lahirlah sayid abdul aziz, putera campuran
arab-perlak yang kemudian setelah dewasa dilantuk menjadi raja di kerajaan
perlak pada tahun 225 H.[5]
Sebelum
berdirinya Kesultanan Perlak, di wilayah Negeri Perlak sudah ada rajanya, yaitu
Meurah Perlak Syahir Nuwi. Namun, data tentang raja-raja Negeri Perlak secara
lengkap belum ditemukan. Sedangkan daftar nama sultan yang pernah berkuasa di
Kesultanan Pelak adalah sebagai berikut:
1.
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Shah (840-864)
2.
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Shah (864-888)
3.
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah (888-913)
4.
Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah (915-918)
5.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Shah Johan Berdaulat (928-932)
6.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah (932-956)
7.
Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat (956-983)
8.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986-1023)
9.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1023-1059)
10.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Shah Johan Berdaulat (1059-1078)
11.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Shah Johan Berdaulat (1078-1109)
12.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Shah Johan Berdaulat (1109-1135)
13.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Shah Johan Berdaulat (1135-1160)
14.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Shah Johan Berdaulat (1160-1173)
15.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Shah Johan Berdaulat (1173-1200)
16.
Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Shah Johan Berdaulat (1200-1230)
17.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II (1230-1267)
18.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267-1292)
Catatan: Sultan-sultan di atas dibagi menurut dua dinasti,
yaitu dinasti Syed Maulana Abdul Azis Shah dan dinasti Johan Berdaulat, yang
merupakan keturunan dari Meurah Perlak asli (Syahir Nuwi).[6]
Menurut sebuah silsilah yang disampaikan oleh majelis
keturunan syaidina Ali Bin Abi Thalib dengan Istrinya Fatimah Binti Muhammad
SAW, yaitu sebagai keturunan yang ke delapan. Adapun susunan silsilah tersebut secara
berurutan sampai kepada Saidina Ali ialah sebagai berikut: Syaidina Abdul Aziz
Bin Ali Bin Sayid Ahmad Ad Diba’I Bin Imam Ja’far Assadiq Bin Imam Muhammad
Al-Baqir bin imam ali zainal abidin binsayidina Husain Bin Sayidina Ali Bin Abi
Thalib. Dan sebagaimana disebutkan oleh idharul haq, bahwa pada ahri selasa
tanggal 1 muharram 225 H, atau 840 M. saiyid abdul aziz dengan resmi dinobatkan
menjadi sultan kerajaan Islam Perlak yang pertama dengan gelar sultan alaidin
saiyid maulana Abdul Aziz Syah.[7]
Bersamaan dengan pengangkatan sultan pertama itu, ibu kota
kerajaan: Bandar Perlak dipindahkan ke dalam dan namanya diganti menjadi Bandar
khalifah sebagai kenang-kenangan kepada Nahkoda Khalifah yang telah berjasa
membawa angkatan dakwah ke perlak (letaknya kurang lebih 6 KM dari bibir
pantai), dari Kota Perlak sekarang dan kota tersebut sampai kini masih ada.
Sultan Abdul Aziz memerintah sampai tahun 249 H/864 M, dan setelah
memerintahnya menurut Idharul Haq ada 18 sultan yang memerintah di Perlak,
yaitu penjelasan secara rinci sebagai berikut:
1. Sultan
alaidin saiyid maulana abdul aziz syah (225-249 H/ 840-864 M). masa
peperintahannya dirasakan pada perwujudan perlak sebagai kerajaan islam yang
baru dibangunkan, terutama pengaturan organisasi pemerintahan yang kuat.
2. Sultan
Alaidin Saiyid Maulana Abdurrahim Syah (249-285 H/864-888 M). kegiatan Sultan
ini terutama diarahkan pada pembangunan pendidikan Islam dan kemajuan ekonomi.
Pada tahun 250 H. dibangun sebuah lembaga pendidikan Islam, yaitu: Dayah Bukut
Ce Breek.
3. Sultan
Alaidin Saiyid Maulana Abbas Syah (285-399 H/ 888-913 M). pada masa ini pembangunan
perlak sebagai Kerajaan Islam telah dimulai Nampak dalam berbagai bidang
kehidupan Antara lain: pertanian (lada dan hasil hutan), pertambangan (emas di
daerah Alue Meuh), kesenian (ukiran-ukiran dari gading gajah dan kayu rapa’I,
seni baca Al-Qur’an, Qasidah dan lain-lain). Selain itu untuk peningkatan
kemajuan ilmu pengetahuan sebuah lembaga pendidikan baru juga didirikan, yaitu:
Dayah Cit Kala pada tahun 899 M. di sebuah dataran yang disebut aramia di sebelah
selatan Bandar Perlak.
4. Sultan
Slaidin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (302-305 H/915-918 M), peristiwa
penting yang terjadi pad masa ini adalah pecahnya perang saudara yang bermula
pada pertentangan Antara Syi’ah dengan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Peperangan ini
berakhir dengan tumbangnya pemerintahan Sayid (Dinasti Azizah) yang beraliran
Syi’ah dan timbulnya Dinasti Makhdum dari Bangsawan asli Perlak (Meurah) yang beraliran
Ahlussunnah.
5. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat (306-310 H/ 918-922 M),
kegiatannyaterutama memperkuat kembali pemerintahan yang selama ini kacau
akibat peperangan.
6. Sultan
Makhdun Alaidin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat (310-334 H/ 922-946
M), sebelum diangkat menjadi Sultan ia adalah pengajar pada Dayah Tinggi Cot Kala
dan usaha yang penting adalah menyatukan kembali pertentangan Antara keluarga Azizah
dan makhdum dengan cara, Antara lain mengangkat seorang keturunan Azizah yang
bernama Sayid Maulana Abdullah menjadi Mangkubuminya.
7. Sultan
makhdum Alaidin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat (334-361 H/ 946-973 M), pada
amsa ini pemerintahan kembali pecah perang saudara yang dapat diakhiri melalui
perjanjian alue meuh pada tanggal 10 muharram 353 H. isinya yang terutama ialah
perlak dipecah menjadi dua bagian yaitu Perlak Baroh yang diperintah oleh
dinasti azizah dan perlak tuning di bawah pemerintahan dinasti Makhdum. Dengan
demikian pada waktu itu ada dua orang raja di perlak sebagai suktan yang ke
delapan yaitu. Yang ke 8
1. Sultan
Alaidin Sayid Maulana Mahmud Syah (365-377 H/ 976-988 M) yang memerintah di
Perlak Baroh dengan kota kedududkannya di Bandar Perlak
2. Sultan
Makhdun Alaidin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat (365-402 H/ 976-1012 M), di
Perlak Tunong dengan kota kedudukannya di Bandar Khalifah.
8. Sultan
Makhdun Alaidin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (402-450 H/ 1012-1059 M),
untuk lebih meningkatkan syiar agama islam di aceh tengah, sultan ini mengirimkan
Syekh Sirajuddin ke sana untuk menobatka Adi Genali (Teungku Kawe teupat)
menjadi Raja Lingga yang baru menerima ajaran Islam.
9. Sultan
Makhdum Alaidin Mansyur Syah Johan Berdaulat (450-470 H/ 1059-1078 M). Usahanya
yang penting adalah pembinaan daerah-daerah penghunian baru yang dibuka selama
penyerangan Sriwijaya, seperti daerah Salasari.
10. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (470-501 H/ 1078-1108 M),
dalam rangka menghindari kemungkinan timbulnya kembali pertentangan dengan para
Sayid Maulana, Sultan ini memperistrikan Putri Syarifah Hazizah dan dari perkawinan
ini lahir seorang Putri, Nurul A’la yang nantinya memainkan peranan penting
dalam Kerajaan Perlak.
11. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Ahamad Syah Johan berdaulat (501-527 H/ 1108-1134 M).
diantara tindakannya yang penting selama pemerintahannya adalah pengangkatan
Putri Nurul A’la binti Malik Abdullah Syah sebagai kepala urusan keuangan
(Baitul Mal). Sejak waktu itu peranan wanita mulai Nampak dalam pemerintahan.
12. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (527-552 M/ 1134-1158
M).nampaknya peranan wanita dalam pemerintahan mulai dipertanyakan pada waktu
itu, sehingga menyebabkan pengunduran diri kedua putri yang telah di sebutkan
di atas.
13. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (552-565 H/ 1158-1170 M),
14. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat (565-592 H/ 1170-1196 M),
usaha yang cukup berarti ialah meningkatnya Syiar Agama Islam. Selama
pemerintahannya ada dua negeri yang berhasil DiIslamkan, yaitu Kerajaan Indra
Purba dan Kerajaan Seudu.
15. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (592-622 H/ 1196-1225
M).
16. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (622-662 H/
1225-1263 M). masa pemerintahannya merupakan masa kemajuan bagi Kerajaan Perlak,
terutama dalam bidang pembangunan pendidikan Islam dan perluasan dakwah
Islamiyah.
17. Sultan
Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat (662-692 M/ 1263-1292 M).
Sultan ini merupakan Sultan terakhir dari kerajaan islam Perlak, sebab
sepeninggal Perlak dipersatukan dengan kerajaan Samudera Pasai[8]
yang pada waktu pada penggabungannya Sultan yang memerintah di sana, ialah Sultan
Muhammad Malikul Dhahir (1297-1326 M). Putra Sultan Malikul saleh dengan
istrinya putri gang-gang sari yang berasal dari Perlak juga. Hal ini yang
menjadi faktor Putri yang berasal dari Perlak itu turut mempercepat proses
penggabungan kedua kerajaan tersebut.
Dan faktor yang mendorong penggabungan kedua kerajaan
tersebut disebabkan oleh karena sultan malik abdul aziz syah sendiri tidak
meninggalkan anak laki-lakinya yang akan menggantikan sebagai sultan di Perlak,
beliau hanya meninggalkan tiga orang putri, yaotu latifah hanim, Nur Azizah dan
nur khatimah.[9]
Periode
Pemerintahan
Sultan Perlak ke-17, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad
Amin Shah II Johan Berdaulat, melakukan politik persahabatan dengan
negeri-negeri tetangga. Ia menikahkan dua orang puterinya, yaitu: Putri Ratna
Kamala dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah
(Parameswara) dan Putri Ganggang dinikahkan dengan Raja Kerajaan Samudera
Pasai, al-Malik al-Saleh. Kesultanan Perlak berakhir setelah Sultan yang ke-18,
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat meninggal pada tahun
1292. Kesultanan Perlak kemudian menyatu dengan Kerajaan Samudera Pasai di
bawah kekuasaan sultan Samudera Pasai yang memerintah pada saat itu, Sultan
Muhammad Malik Al Zahir yang juga merupakan putera dari al-Malik al-Saleh.
Wilayah
Kekuasaan
Sebelum bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai, wilayah
kekuasaan Kesultanan Perlak hanya mencakup kawasan sekitar Perlak saja. Saat
ini, kesultanan ini terletak di pesisir timur daerah aceh yang tepatnya berada
di wilayah Perlak, Aceh Timur, Nangroe Aceh Darussalam, Indonesia.
Kehidupan
Sosial-Budaya
Perlak dikenal dengan kekayaan hasil alamnya yang didukung
dengan letaknya yang sangat strategis. Apalagi, Perlak sangat dikenal sebagai
penghasil kayu perlak, yaitu jenis kayu yang sangat bagus untuk membuat kapal.
Kondisi semacam inilah yang membuat para pedagang dari Gujarat, Arab, dan
Persia tertarik untuk datang ke daerah ini. Masuknya para pedagang tersebut
juga sekaligus menyebarkan ajaran Islam di kawasan ini. Kedatangan mereka
berpengaruh terhadap kehidupan sosio-budaya masyarakat Perlak pada saat itu.
Sebab, ketika itu masyarakat Perlak mulai diperkenalkan tentang bagaimana
caranya berdagang. Pada awal abad ke-8, Perlak dikenal sebagai pelabuhan niaga
yang sangat maju. Model pernikahan percampuran mulai terjadi di daerah ini
sebagai konsekuensi dari membaurnya antara masyarakat pribumi dengan masyarakat
pendatang. Kelompok pendatang bermaksud menyebarluaskan misi Islamisasi dengan
cara menikahi wanita-wanita setempat. Sebenarnya tidak hanya itu saja,
pernikahan campuran juga dimaksudkan untuk mengembangkan sayap perdagangan dari
pihak pendatang di daerah ini.[10]
Data arkeologi kerajaan perlak
Data Arkeologi yang berhubungan dengan perlak belum banyak
di garap. Sebenarnya penelitian Arkeologi tentang bekas Bandar Perlak akan
dapat memberikan beberapa jawaban yang lebih memuaskan tentang kronologi
Kerajaan Perlak. Sejauh ini penelitian Arkeologi di situs bekas Kerajaan Perlak
baru meliputi beberapa tempat saja. Penelitian ini belum dapat menghasilkan
data penemuan-penemuan lain yang memberikan indikasi data tanggal karena
malam-makam kuno yang diteliti belum ada memunculkan ciri-ciri memuat angka
tahun seperti yang banyak ditemukan di pasai atau di daerah aceh, seperti
misalnya makam-makam bertanggal di kompleks makam sultan malik Al-Saleh,
kandang XII, Minje Tujoh dan sebagainya.
Situs Arkeologi di Aceh.
Peta
Kerajaan Aceh dan Istana Daruddunya Aceh
Peta Kota Kerajaan Aceh
Kitab Kerajaan Perlak
Atas: Dinar Aceh. Tengah: Cakra
Donya. Bawah: Masjid Baiturrahman Aceh 1881
KESIMPULAN
Dapat kami simpulkan bahwa Kerajaan Perlak adalah Kerajaan Islam
tertua di Nusantara, kerajaan ini berdiri sejak Abad 3 hijriah atau pada abad 9
masehi atau bertepatan pada 1 Muharram
225 H. 840 M sampai dengan 1292 M. Disebutkan bahwa pada tahun 173 H, sebuah
kapal layar berlabuh di Bandar perlak membawa angkatan dakwah di bawah pimpinan
Nahkoda Khalifah dari Timur Tengah dan Gujarat. Kerajaan Perlak didirikan oleh
Sayid Abdul Aziz (Raja Pertama Perlak) dengan gelar Sultan Alaidin Sayid Maulana
Abdul Aziz syah. Menurut Prof, A, Hasjmy
Nahkoda Khalifah berasal dari keturunan Bani Khalifah yang berasal dari
Jazirah Arabia .Bersamaan dengan pengangkatan sultan pertama itu, ibu kota
kerajaan: Bandar perlak dipindahkan ke dalam dan namanya diganti menjadi Bandar
Khalifah sebagai kenang-kenangan kepada Nahkoda Khalifah yang telah berjasa
membawa angkatan dakwah ke perlak (letaknya kurang lebih 6 KM dari bibir
pantai), dari kota perlak sekarang dan kota tersebut sampai kini masih ada.
Sultan Abdul Aziz memerintah sampai tahun 249 H/864 M, dan setelah memerintahnya
menurut Idharul haq ada 18 Sultan yang memerintah di perlak. Dalam kajian
peninggalan Arkeologi di kerajaan Perlak bahwa arkeologi dari sisa peninggalan
perlak belum banyak di gali lebih mendalam, namun adanya penmuan-penmuan
seperti sisa-sisa bangunan yang dapat dikatakan sudah hancur karena di
runtuhkan oleh belanda pada masa penjajahan, serta peninggalan tersebut belum
secara maksimal di teliti, harapannya bahwa dimasa yang akan datang adanya
penelitian intensif mengenai Perlak dilihat dari sisi Arkeologi, seperti di
lihat dari sumber-sumber tertulis dari Idharul Haq sebagai data-data yang
memperkuat penjelasan di kerajaan perlak di masa lampau. Kerajaan Perlak
berakhir pada masa Sultan Makhdum Alaidin Malik Abdul Aziz Syah Johan Berdaulat
(662-692 M/ 1263-1292 M). Sultan ini merupakan sultan terakhir dari Kerajaan
Islam Perlak. sebab sepeninggal perlak dipersatukan dengan kerajaan samudera
pasai[11]
yang pada waktu pada penggabungannya Sultan yang memerintah di sana, ialah Sultan
Muhammad Malikul Dhahir (1297-1326 M). Putra Sultan Malikul saleh dengan
Istrinya Putri gang-gang sari yang berasal dari perlak juga. Hal ini yang menjadi
factor putri yang berasal dari perlak itu turut mempercepat proses penggabungan
kedua kerajaan tersebut. Dan factor yang mendorong penggabungan kedua kerajaan
tersebut disebabkan oleh karena Sultan Malik Abdul Aziz Syah sendiri tidak
meninggalkan anak laki-lakinya yang akan menggantikan sebagai sultan di Perlak,
beliau hanya meninggalkan tiga orang Putri, yaitu Latifah Hanim, Nur Azizah dan
Nur Khatimah.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsu’s, Muhammad, 1996.’’ Ulama
pPembawa Islam di Indonesian dan Sekitarnya, Jakarta: lentera.
Hasymy, 1981.’’ Sejarah Masuk
dan Perkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: al-maarif.
Muljadi, Slamet, 2007.’’ Runtuhnya
Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta:
LKSI, cetakan ke 4.
Amin, Samsul, munir. 2010.’’ Sejarah
Peradaban Islam, Jakarta: amzah.
Tim Nasional Penulisan
Sejarah Indonesia, 1975,’’ Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan
Islam, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta: balai pustaka
Wikipedia/Gambar-Situs-Arkeologi/kerajaan/kerajaan-di-Aceh
[1] Drg. H. Muhammad
Syamsu’s, Ulama Pembawa Islam di Indonesian dan sekitarnya, Jakarta:
lentera, 1996, hlm. 9.
[3] www.slideshare.net/anastanindya/presentasi-sejarah-kerajaan-perlak
[4] Prof. dr. slamet
muljadi, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di
Nusantara, Yogyakarta: LKSI, cetakan ke 4, 2007, Hlm. 130.
[5] Drs. Samsul munir amin, M.A, sejarah Peradaban Slam, Jakarta:
Amzah, 2010, Hlm 331.
[6] www.slideshare.net/anastanindya/presentasi-sejarah-kerajaan-perlak
[7] Prof. A Hasyimi. Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia. Bandung, al-ma’arif. 1993: hlm 407.
[8] Tim Nasional Penulisan Sejarah Insonesia, Pertumbuhan dan
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam, Sejarah Nasional Indonesia, Jakarta:
1975. balai pustaka. Hlm 21
[9] Ibid, loc, cit. hlm 407-411
[10] www.slideshare.net/anastanindya/presentasi-sejarah-kerajaan-perlak.
[11] Tim Nasional Penulisan
Sejarah Insonesia, Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam,
sejarah nasional Indonesia, Jakarta: 1975. balai pustaka. Hlm 21.
0 komentar:
Posting Komentar